Daftar Blog Saya

Senin, 22 Oktober 2012

Peta Kognitif Tentang Teori Trait and Factor


No.
Aspek
Penjelasan
1.
Tokoh Pelopor
Edmund Griffith (E.G.) Walter Bingham,John Darley,Donald G.Paterson, dan E.G. Williamson, tetapi tokoh yang paling menonjol dan terkenal ialah Williamson karena pandangan dan konsepnya telah banyak dipublikasikan dalam berbagai artikel,jurnal dan buku-buku. Williamson yang lahir pada tanggal 14 Agustus 1900 di Rossville, Illionis
2.
Latar Belakang
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klient dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”.

Beberapa pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para ahli dalam pendekatan ini yang kesemuanya itu sepenuhnya menggambarkan bahwa konseling ini benar-benar bersifat “directive”. Akan tetapi kemudian terdapat perubahan-perubahan pendapat diantara mereka. Pertanyaan-pertanyaan kemudian,seperti dari Williamson, Darley, nampak tidak lagi bersifat “directive” atau “counselor-centered”. (baca Rochman Natawidjaja,1978,halaman 73-74 atau pada Dugan,1958,halaman 3 dan Miller,1961,halaman 180). Penyuluh professional dimanapun mereka pernah mendapat pendidikan, cenderung menempatkan kliennya di pusat proses penyuluhan. Dalam penyuluhan itu tidaklah adil kiranya apabila aliran clinical counseling dianggap sebagai pendekatan yang “directive”, meskipun memang benar penyuluh-penyuluh dari aliran ini, sampai begitu jauh, mempertahankan adanya unsur-unsur pengendalian dalam penyelenggaraan wawancara dan oleh karena itu aliran ini “lebih directive” sifatnya dari pada aliran clien-centered counseling ( Rochman Natawidjaja, halaman 74).
3.
Asumsi Dasar
Menurut teori TAF kepribadian merupakan sistem atau faktor yang salingberkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dantempramen.
Ada beberapa asumsi pokok yang mendasari teori konseling trait andfactor,

1.Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuanyang terorganisasikan secara unik, dan karena kualitas yang relativestabil setelah remaja, maka tes objektif dapat digunakan untuk mengindentifikasi karakteristik tersebut.

2.Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan perilaku kerjatertentu.

3.Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minatyang berbeda dalam hal ini dapat ditentukan.

4.Baik siswa maupun konselor hendaknya mendiagnosa potensi siswauntuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.

5.Setiap orang memiliki kecakapan dan keinginan untuk mengindentifikasisecara kognitif kemampuan sendiri.
6.Manusia merupakan individu yang unik.
7.Manusia memiliki sifat-sifat yang umum.
8.Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya.
4.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Trait and Factor adalah
  1. Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor
  2. Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian
  3. Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
  4. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuanitatif
  5. Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling
  6. Bersifat rasional, logis dan intelektual
  7. Dalam keseluruhan tahap pemecahan masalah menggunakan langkah pemecahan secara alamiah
  8. Lebih condong pada penggunaan prosedur yang objektif dan menitik beratkan pada program observasi eksternal.
Kekurangan Trait and Factor adalah
  1. Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap sederhana
  2. Terlalu menekankan aspek afektif emosional, perasaan sebagai penentu perilaku tetapi melupakan factor intelektual, kognitif dan rasional
  3. Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori
  4. Tujuan untuk sikap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit menilai individu
  5. Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam situasi hubungan interpersonal.
  6. Kurang netral terhadap nilai – nilai
  7.  Memaksakan keinginan atas klien yang tidak memiliki daya
  8. Memberikan porsi yang terlalu berlebihan pada konselor dalam mengadakan konsekwensi
  9. Konselor lebih berperan aktif daripada klien
5.
Implikasi
1.    SECARA UMUM
- Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia
- Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
- Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan, dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
- Mengubah sifat-sifat sybjektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan menggunakan metode ilmiah.
Konseling mengandung maksud untuk mengajak klien berpikir mengenai dirinya dan menemukan masalah dirinya serta mengembangkan cara-cara untuk keluar darimasalah tersebut. Untuk itu secara umum konseling trait & factor dimaksudkan untuk membantu klien
yang mengalami:
a. Self- clarification
b. Self-understanding
c. Self-acceptance
d. Self-direction
e. Self-actualization

2.     BAGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Bagi bimbingan dan konseling, dalam hal ini konselor sebaiknya mengarahkan konseling pada pemahaman konseli mengenai dirinya atau self-concept, untuk memudahkan pengintegrasian dengan pekerjaan atau karir tertentu. Pada saat konseling berlangsung, konselor diharapkan mampu menggambarkan pilihan karir yang diharapkan oleh konseli. Pada saat konseli mengungkapkan perasaan mengenai suatu pekerjaan, konselor harus dapat mengungkapkan alasan di balik munculnya perasaan tersebut.

Pilihan karir sifatnya kontemporer yang dapat berubah bila konseli menemukan pengalaman baru mengenai pekerjaan yang dirasakan sesuai dengan bakat, prestasi, minat, nilai, dan kepribadiannya. Oleh karena itu konselin sebaiknya dilakukan berulang-ulang pada waktu yang bervariasi dengan mengulang pengungkapan bakat, kemampuan, prestasi, dan minat konseli sehingga kematangan karir tercapai.
.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar