BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah
memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Oleh karenanya
program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini harus
lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik.
Kenyataan
menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak
dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan
siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang
karakteristik individu. Salah satu karakteristik penting dari individu yang
perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan
kecerdasan individu. Guru dan utamanya
guru bimbingan dan konseling yang
tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam
memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan.
Disamping itu
minimnya pemahaman masyarakat lebih khususnya orang tua dan guru dalam memaknai
kecerdasan majemuk. Anggapan kuno yang beredar bahwa kecerdasan siswa dilihat
dari nilai-nilai
atau angka- angka hasil belajar siswa dan test IQ atau
intelligence quotiont. Padahal
sebenarnya semua siswa
terlahir kedunia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda di bidangnya masing – masing, tidak hanya dilihat
dari segi kognitif siswa saja namun dari segi psikomotorik dan segi afektif.
Tergantung bagaimana lingkungan dan dirinya mengenali dan mengoptimalkan
kecerdasan yang dimiliki.
Barangkali rendahnya mutu keluaran
persekolahan yang dirasakan saat ini sebagai akibat penanganan salah yang telah
dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini sehingga kita telah kehilangan
bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan
potensi diri mereka secara optimal.
Paradigma
negatif itulah yang menyebabkan siswa yang memiliki nilai hasil belajar yang
rendah menganggap dirinya tidak cerdas atau bahkan orang tua dan lingkungan
masyarakat melabelkan negatif. Tinggi rendahnya nilai hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Daya serap pemahaman
siswa salah satu faktor pengaruhnya yaitu gaya belajar siswa dan metode
pengajaran yang dilakukan guru.
Untuk itu
sekolah sebagai sarana pendidikan formal hendaknya mampu mengidentifikasi kecerdasan yang dimiliki siswa, baik yang sudah muncul
maupun yang masih terpendam. Disinilah peran guru bimbingan dan konseling serta
para guru lain dalam mengoptimalkan potensi kecardasan yang dimiliki siswa.
Berdasarkan
uraian diatas layanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu diprogramkan
secara khusus sehingga masalah– masalah yang dialami siswa khususnya masalah
dalam mengoptimalkan potensi kecerdasan siswa dapat ditangani secara sistematik
dan berkesinambungan sehingga siswa mampu mengenali dan mengoptimalkan potensi
diri untuk karir di masa depan.
Makalah ini berspesifikasi bertujuan
membahas kecerdasan berfikir verbal sebagai bagian pemenuhan tugas dalam mata
kuliah pemahaman teknik tes terlebih untuk lebih memahami tentang upaya yang
perlu dilakukan oleh guru bimbingan konseling dalam membantu memfasilitasi
pengembangan potensi individu peserta didik agar dapat menguasai minimal satu
kompetensi yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.
Dengan memiliki minimal satu kompetensi secara maksimal, kompetensi ini akan
digunakan oleh peserta didik dalam mengembangakan hidup dan kehidupannya kelak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan
masalah dapat ditarik beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah cara dalam memahami kecerdasan peserta didik ?
2.
Berapa jeniskan kecerdasan yang ada pada
peserta didik?
3.
Bagaimanakah indikator dan proses
identifikasi dalam keberbakatan peserta didik?
4.
Kegiatan apa yang dapat meningkatkan
kecerdasan majemuk peserta didik?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah diantaranya:
1.Dapat
mengetahui cara pendidik dalam memahami
kecerdasan peserta didik;
2.Mengetahui
jeniskan kecerdasan yang ada pada peserta didik;
3.Mengetahui
indikator dan proses identifikasi dalam keberbakatan peserta didik;
4.Mengetahui
kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan majemuk peserta didik.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Konsep Tes
1.
Pengertian Tes
Anastasi
mengatakan tes adalah ”alat ukur yang mempunyai standar objektif, sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu".
Lee J. Cronbach ,“tes merupakan
suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang
atau lebih dengan menggunakan skala numerik atau kategori)”. (a
systematic prosedure for observing a person’s behavior and describing it with
the aid of a numerical scale or a category system).
Tes adalah instrumen atau
prosedur yang digunakan untuk mengukur kemampuan, kecakapan individu
pada aspek tertentu baik yang tampak (manifes) maupun yang tidak tampak (laten)
dan hasil tes berupa angka.
Dari beberapa definisi diatas
mengenai tes dapat penulis simpulkan bahwa tes adalah sebagai alat pengukur
berisikan serangkaian pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dijawab,
dikerjakan atau dilaksanakan oleh responden yang dites.
2.
Fungsi
Tes
a.
Fungsi Tes secara Umum
Memperoleh informasi atau mengungkap
kemampuan laten (minat, motiv, bakat, abiliti, kepadaian, sikap dsb.) yang
sesungguhnya peserta tes dengan mempergunakan alat ukur.
b.
Fungsi secara khusus
1.
Fungsi Diagnostik,
Fungsi
diagnostik yaitu tes prestasi yang hasilnya digunakan untuk mendiagnosis
kesulitan-kesulitan dalam belajar, mendeteksi kelemahan siswa dan selanjutnya
digunakan untuk perbaikan dalam belajar.
2.
Fungsi bimbingan
Fungsi
bimbingan adalah penggunaan hasil tes prestasi dipergunakan untuk memberikan
bimbingan kepada siswa khususnya yang mempeoleh tes yang jelak. Misal cara
belajar yang baik, cara membaca dan mendalami buku, sehingga kesulitan yang dihadapi
siswa dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.
Fungsi
Formatif, penggunaan hasil tes yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan
dalam suatu proses kegiatan yang telah dilakukan.
3.
Jenis Tes
Tes
secara garis besar tes dibagi yaitu tes
yang mengukur performasi maksimum (maximum performance) dan mengukur
performasi tipikal (typical performance).
a.
Performasi maksimum
tes jenis ini dirancang untuk mengungkap seluruh kemampuan peserta tes ,
seberapa baik mereka dapat menguasahi dan dapat melakukanya. Stimulus yang
disajikan harus jelas struktur dan tujuannya, sehingga peserta tahu betul arah
jawaban yang dikehendaki. Tes Hasil Belajar (achievement test), adalah
tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimum siswa
dalam menguasahi materi yang telah diajarkan.
b.
Performasi tipikal
tes ini dirancang untuk mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku individu
ketika berada dalam situasi tertentu. Dengan demikian tujuan ukurnya bukan
untuk mengukur kemampuan peserta tes, tetapi mengukur apa kecederungan yang
dapat dilakukan. Skala motivasi , skala
sikap adalah tes yang dirancang untuk mengungkap dan mengukur kecenderungan seseorang dalam menanggapi
situasi tertentu.
B.
Kemampuan Berfikir Verbal ( Kecerdasan Verbal)
1.
Pengertian Kecerdasan Verbal
Thrustone, menyatakan bahwa
kecerdasan verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan
komunikasi.
Sinolungan (2001) menyatakan bahwa
kecerdasan verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan
pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada
penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya
pengertian mengenai ide yang disampaikan.
Torrance (Munandar, 1999b)
mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif yang
terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal.
Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.
Mednick & Mednick (dalam
Sinolungan, 2001) menambahkan bahwa kecerdasan verbal adalah kemampuan melihat
hubungan antar ide yang berbeda satu sama lain dan kemampuan untuk
mengkombinasikan ide-ide tersebut ke dalam asosiasi baru. Anak-anak yang
mempunyai kemampuan tersebut mampu membuat pola-pola baru berdasarkan
prakarsanya sendiri menurut ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
Guilford (1967) menambahkan bahwa
kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang
menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama
besarnya.
Dapat disimpulkan bahwa kreativitas
verbal adalah kemampuan membentuk ide-ide atau gagasan baru, serta
mengkombinasikan ide-ide tersebut kedalam sesuatu yang baru berdasarkan
informasi atau unsur-unsur yang sudah ada, yang mencerminkan kelancaran,
kelenturan, orisinalitas dalam berpikir divergen yang terungkap secara verbal.
C.
Tugas
dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling
Abu
ahmadi dan Ahmad rohani menjabarkan
tugas dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1. Bertanggung
jawab atas keseluruhan pelaksanaan layanan konseling di sekolah;
2. Mengumpulkan,
menyusun, mengolah serta menafsirkan data yang kemudian dapat dipergunakan
untuk semua staff bimbingan di sekolah;
3. Memilih
dan mempergunakan berbagai instrument tes psikologis untuk memperoleh berbagai
informasi mengenai bakat khusus, minat, kepribadian, dan intelegensi masing –
masing siswa;
4. Melaksanakan
bimbingan kelompok maupun bimbingan individual (wawancara konseling);
5. Membantu
petugas layanan bimbingan lainnya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan
mempergunakan informasi tentang berbagai masalah pendidikan, pekerjaan,
permasalahan karir yang dibutuhkan oleh guru bidang studi dalam proses belajar
mengajar;
6. Melayani
orang tua atau wali dari siswa yang ingin mengadakan konsultasi mengenai anak -
anaknya.
Ketentuan
guru pembimbing dalam melaksanakan tugas layanan bimbingan yaitu 1 (satu) orang
guru pembimbing memberikan pelayanan kepada 150 (seratus lima puluh ) siswa
tiap bulannya. Karena kekhususan tugas dan tanggung jawabnya maka guru
pembimbing merupakan profesi yang tidak sama dengan guru mata pelajaran. Untuk
itu guru pembimbing ditetapkan 36 (tiga puluh enam ) jam tiap minggunya.
Dengan
demikian jelaslah bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai guru bimbingan dan
konseling tidak cukup ringan, bukan hanya mengenai perkembangan hasil belajar
siswa namun peran guru bimbingan dan
konseling memiliki pengaruh bagi perkembangan diri dan potensi siswa –
siswanya.
D. Penelitian Yang Relevan
1. Dewi
Citra, The Effects Of Formative Test And
English Instructional Method On The Students’ Verbal Linguistic Competence Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan Tahun 16, Nomor 1, 2012.
Berdasarkan penelitian
Dewi Citra bahwa Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dikemukakan
beberapa kesimpulan berikut. 1) Kemampuan verbal linguistic kelompok siswa yang diberi tes
uraian lebih tinggi dari kemampuan
verbal linguistic kelompok siswa yang diberi tes menjodohkan. 2). Kemampuan verbal linguistic kelompok siswa
yang diberi metode pembelajaran
komunikatif lebih rendah dari kemampuan verbal linguistik kelompok siswa
yang diberi metode pembelajaran audio lingual.3). Terdapat pengaruh interaksi di
antara bentuk tes formatif dan metode pembelajaran terhadap kemampuan
verbal linguistik. 4). Khusus kelompok siswa yang diberi tes uraian, kemampuan
verbal linguistik siswa yang diajar
dengan metode pembelajaran komunikatif lebih tinggi dari pada kemampuan verbal
linguistik siswa yang diajar dengan metode pembelajaran audio lingual.
5). Khusus kelompok siswa yang diberi tes menjodohkan, kemampuan verbal
linguistic siswa yang diajar dengan metode
pembelajaran komunikatif lebih rendah dari pada kemampuan verbal linguistik siswa yang diajar dengan
metode pembelajaran audio lingual. 6). Khusus
kelompok siswa yang diajar dengan metode komunikatif, kemampuan
verbal linguistic siswa yang diberi tes
uraian lebih tinggi daripada kemampuan verbal
linguistik siswa yang diberi tes menjodohkan. 7). Khusus kelompok
siswa yang diajar dengan metode pembelajaran
audio lingual, kemampuan verbal linguistic siswa yang diberi tes uraian lebih
rendah daripada kemampuan verbal linguistik siswa yang diberi tes menjodohkan.
2. Rusli
Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran. Mengemukakan bahwa
kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dan menggunakan bahasa
dan kata-kata, baik secara tertulis
maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta
didik dengan kecerdasan bahasa yang
tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan
dengan penggunaan suatu bahasa.
3. Michael
G. Vaughn, Kevin M. Beaver, Jade Wexler, Matt DeLisi, Gregory J. Roberts.
Pengaruh Putus Sekolah Sekolah pada Kemampuan Verbal dewasa, dalam.
(http://search.proquest.com/docview/847002468/13DE56BC863790DC1D/5?accountid=62690)
dikatakan bahwa memiliki kemampuan verbal yang buruk dapat menyebabkan
kesulitan-kesulitan dalam berbagai situasi, memimpin salah satu untuk mengalami
perasaan kegagalan akademis dan sosial. Sebagai contoh, jika sebuah individu
memiliki kosakata reseptif miskin, mereka tidak akan mampu memahami arah atau
memahami isi diperlukan untuk berhasil dalam lingkungan akademik atau sosial.
4. Ramsden,
Sue, Richardson, Fiona M, Josse, Goulven, Thomas, Michael SC, Ellis, Caroline,
Perubahan kecerdasan verbal dan non-verbal di otak remaja et al. Nature479.
7371 (Nov 3, 2011): 113-6. menunjukkan bahwa IQ verbal dan non-verbal dapat
naik atau turun di tahun-tahun remaja, dengan perubahan ini dalam kinerja
divalidasi oleh korelasi yang erat dengan perubahan struktur otak lokal. Sebuah
kombinasi dari pencitraan struktural dan fungsional menunjukkan bahwa IQ verbal
yang berubah dengan materi abu-abu di wilayah yang diaktifkan oleh pidato,
sedangkan IQ non-verbal berubah dengan materi abu-abu di wilayah yang
diaktifkan oleh gerakan jari. Dengan menggunakan penilaian longitudinal
individu yang sama, kita terhindarkan banyak sumber variasi dalam struktur otak
yang membingungkan studi cross-sectional. Hal ini memungkinkan kita untuk
memisahkan penanda saraf untuk kedua jenis IQ dan untuk menunjukkan bahwa
kemampuan verbal dan non-verbal umum terkait erat dengan keterampilan
sensorimotor terlibat dalam belajar. Secara umum, hasil menekankan kemungkinan
bahwa kapasitas intelektual individu relatif terhadap rekan-rekan mereka dapat
mengurangi atau menambah pada usia remaja. Hal ini akan mendorong untuk mereka
yang potensi intelektual dapat meningkatkan, dan akan menjadi peringatan bahwa
berprestasi dini mungkin tidak mempertahankan potensi mereka.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Memahami Potensi Siswa.
a. Siswa
adalah Individu yang Unik
Pada dasarnya siswa adalah individu yang
unik. Setiap siswa memilikipotensi dan
kemampuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak semua
individu memilki profil intelegensi yang
sama. Setiap individu juga memilki bakat dan minat belajar yang berbeda-beda.
Pada era informasi seperti yang terjadi
sekarang ini sangat dirasakan
pengetahuan bagaikan air bah yang
sangat sulit dibendung, berbabagai media sebagai sarana pembelajaran terpampang di depan kita dan
sangat mudah meraihnya, dengan demikian tidak semua individu harus mempelajari
semua informasi. Setiap individu harus bersifat
selektif dalam menentukan keterampilan
dan pengetahuan yang akan dipelajari.
Individu harus memiliki pilihan untuk memilih apa yang ingin dipelajari
dan bagaimana mempelajarinya. Setiap
siswa memang memiliki potensi yang berbeda-beda dan memiliki pilihan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya,
namun ada beberapa pengetahuan dan
keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan
pendidikan di sekolah yaitu kemampuan
atau kompetensi dalam bidang bahasa (linguistic), matematika (math), Ilmu
Pengetahuan Sosial (social sciences), Ilmu Pegetahuan Alam (Natural Sciences).
Keempat bidang ini dapat dipandang sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh individu siswa setelah lulus dari sekolah.
b. Kecerdasan
Peserta Didik
Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa
skala kecerdasan yang selama ini
dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat
meramalkan kesuksesan untuk masa depan
seseorang. Menurutnya kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur:1). Kecerdasan verbal; 2). Kecerdasan
logis matematis; 3). Kecerdasan spasial;4)Kecerdasan kinestetis jasmani; 5).
Kecerdasan musical; 6).Kecerdasan interpersonal; 7).Kecerdasan intrapersonal; 8). Kecerdasan naturalis. Dari
kedelapan kecerdasan, karena penulis hanya akan memperdalam mengenai kecerdasan
verbal atau kemampauan berfikir verbal maka foku bahasan dalam makalah ini pun
lebih berfokus kepada kecerdasan verbal.
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk
berfikir dan menggunakan bahasa dan kata-kata,
baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda
untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya
pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca,
menulis karangan, membuat puisi menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya.
Peserta didik seperti ini juga cenderun memiliki daya ingat yang kuat, misalnya
terhadap nama-nama orang, istilah-istilah biarmaupun hal-hal yang sifatnya
detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan
verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu: Pengarang, penyair,
wartawan, pembicara, pembaca berita, dsb.
Seperti yang dikatakan oleh Jenny. 2010,
dengan kecerdasan verbal-linguistic, anak-anak mampu mengapresiasikan kata-kata
dengan indah dan mendalam sehingga bermakna dan mempesona, mereka sanggup
mengungkapkan imajinasi dengan tulisan yang sangat indah seperti menciptakan
puisi. Orang yang memiliki tingkat kecerdasan ini sangat sensitive terhadap
makna kata dan sangat mahir dalam memanipulasinya. Anak-anak mampu
berkomunikasi dengan baik lewat mendengar, berbicara, membaca, serta menulis.
Penyair, penyiar radio, pembaca serta menulis. Penyair, penyair radio, pembaca
berita, penceramah, pengacara, dan politisi andal adalah pekerjaan yang sangat
cocok bagi mereka yang mempunyai kecerdasan verbal linguistic ini.
Kecerdasan verbal, bisa dikaitkan dengan
kemampuan retorika atau berbicara. Seperti anak kecil yang sudah pandai
berpidato dan berkata-kata dapat dikatakan cerdas secara verbal. Begitupun
dengan orang yang mencari penghidupan dengan mengandalkan kepiawaian dalam
mengolah kata verbal seperti pengacara, instruktur, orator, master of ceremony
(MC), penyair radio, komentator olah raga, termasuk penulis, reporter, dan
penyiar adalah orang yang cerdas verbal (Kalilurahman, 2008) Orang yang
mempunyai kecerdasan itu dipastikan dapat mengapresikan diri, pikiran, dan
perasaanya lewat rangkaian kata-kata.
Begitu juga seperti
halnya yang sesui dengan (Willian, 2009) yang mengemukakan bahwa kecerdasan
verbal yaitu berkaitan dengan kepandaian membaca, menulis, bahasa, dan
berbicara. Seseorang yang cerdas secara verbal-linguistik akan mudah
menyampaikan gagasan dan mengkomunikasikan ide kepada orang lain. Jenis
kecerdasan ini juga diperlukan untuk meyakinkan orang lain agar setuju dengan
gagasan kita.
Maka dari hal tersebut
penulis dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa kecerdasan verbal adalah dasar
kecerdasan mendasar yang diperlukan untu mengembangkan life-skill. Jenis
kecerdasan ini dibutuhkan dalam nyaris semua bidang pendidikan formal. Contohnya dalam dunia lebih luas Oprah
Winfrey dan Barrack Obama adalah sosok dengan kecerdasan verbal, mereka
merupakan orang-orang sukses yang telah mengetahui kecerdasan yang mereka
miliki yaitu kecerdasan verbal dan dapat mengembangkanya hingga menjadi orang
besar dalam perjalanan hidup mereka, maka kesuksesan hidup dalam pribadi,
social, dan karir di daptkan dengan sukses dari potensi yang mereka miliki.
B. Tes Kemampuan Berfikir Verbal
Tes
kemampuan berfikir verbal adalah tes yang didesain untuk menetukan sebaik
apakah kemampuan seseorang dalam berbahasa, yang sering kali digunakan sebagai
dasar untuk memperkirakan kemungkinan keberhasilan dimasa akan datang. Tes
tersebut berfungsi mengukur kesiapan mental yang biasanya disebut tes kognitif,
tes psikometrik atau tes kecerdasan. Tes penalaran verbal juga mengandung arti
suatu penilaian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam
memfungsikan bahasa efektif apa yang dikenal sebagai bahasa baku. Tes ini
dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang untuk memahami konsep-konsep
dibingkai dalam kata-kata, kemampuan seseorang untuk menemukan kesamaan di
antara konsep-konsep yang berbeda dan untuk memanipulasi ide-ide pada tingkat
abstrak. Sebagian besar employer yang menggunakan tes bakat dalam proses
seleksi akan mencakup tes penalaran verbal karena ada beberapa pekerjaan yang
sangat tidak memerlukan kemampuan untuk memahami, menganalisis dan
menginterpretasikan informasi tertulis.
Tes
verbal adalah bagian dari Tes Potensi Akademik (TPA).Tes verbal berfungsi untuk
mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes
sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata,
tes pengelompokan kata dan missing words test (melengkapi kalimat yang
hilang).Tes ini biasanya terdiri atas 40 soal.
Tes kemampuan
verbal merupakan suatu tes kemampuan berfikir.Tes ini dipakai
lebih kepada subyek yang berusia 11-15 tahun. Adapun penyajiannya dilakukan
secara klasikal maupun individual. Bentuk yang tesedia:
§ Buku soal yang terdiri dari 6 subtes
§ Form (lembar jawaban)
Aspek yang diukur:
§ Kelancaran dengan kata
§ Reorganisasi perseptual
§ Kelancaran dalam ungkapan
§ Kelancaran dalam memberikan gagasan
§ Fleksibelitas pemikiran
§ Originalitas pemikiran
§ Kemampuan untuk mengembangkan suatu
gagasan
Waktu penyajian :
§ Subtes Permulaan Kata : 2` untuk
setiap item
§ Subtes Menyusun Kata : 2` untuk
setiap item
§ Subtes Membentuk Tiga Kata : 3`
untuk setiap item
§ Subtes Sifat-sifat yang sama : 2`
untuk setiap item
§ Sebtes Macam-macam Penggunaan : 2`
untuk setiap item
§ Subtes Apa Akibatnya : 4` untuk
setiap item
Banyak perusahaan yang menggunakan tes semacam ini sebagai
alat untuk memilih karyawan, baik untuk suatu jabatan maupun pelatihan. Bagi
sebagian orang, tes ini merupakan tahapan serius yang harus dihadapi untuk
mendapatkan posisi dan pekerjaan yang diinginkan / kesempatan dalam karier.
Namun, banyak pelamar yang gagal karena alasan – alasan yang sebenarnya dapat
dengan mudah dihindari sehingga mereka tidak mampu menunjukan potensi mereka
yang sebenarnya sebagai pekerja yang prospektif. Adapun alasan – alasan yang menyebabkan
kegagalan : 1). Karena kegugupan, 2). Karena kurangnya pengetahuan mengenai tes
yang akan dikerjakan, 3). Karena tekanan yang mengharuskan peserta untuk
mengerjakan dengan cepat dan akurat, dan 4). Kareana kurang latihan
Tes ini bertujuan untuk menilai efektifitas pelayanan
menggunakan bahasa yang merupakan salah satu elemen penting dalam tugas mereka
sehari – hari. Dengan cara yang beragam akan dilihat kemampuan berbahasa,
membaca dan memahami kata tertulis ( Harry Tolley).
C. Identifikasi Potensi Peserta Didik
Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dapat
dikenali dari ciri-ciri (indikator) keberbakatan peserta didik dan kecenderungan
minat jabatan.
a. Ciri-Ciri Keberbakatan Peserta Didik
Untuk menyelesaikan pendidikan di
persekolahan, peserta didik diharuskan menempuh sejumlah mata pelajaran yang
secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu Matematika,
Sains, Pengetahuan Sosial, dan Bahasa. Selain itu peserta didik juga harus
menempuh beberapa mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik, berpikir
abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang secara
vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat kegiatan
fisik. Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan sosial. Minat
komersial adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan luar, dan
minat navigasi.
Bakat dan minat berpengaruh pada
prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta
didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta didik yang lainnya.
Namun setiap peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan bakat dan minat masing-masing,
prestasi peserta didik pada mata pelajaran tertentu akan berbeda dengan
prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi
peserta didik pada mata pelajaran yang satu bisa berbeda dengan prestasinya
pada pelajaran yang lain.
Ada tiga kelompok ciri keberbakatan,
yaitu: (1) kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability),
(2) kreativitas (creativity) tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas
(task commitment) tergolong tinggi. Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan
bahwa: (1) Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain
bahwa peserta didik berbakat memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih
banyak dan lebih maju dibandingkan
peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat; cepat memahami
prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada;
mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya;
cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian, fakta, orang atau
benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang
luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan
persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar; tidak terhambat
mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka mencoba; peka terhadap
keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya. (3) komitmen terhadap
tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk berprestasi,
ciri-cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat
tangguh dan ulet menyelesaikan masalah; bosan menghadapi tugas rutin;
mendambakan dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja secara mandiri;
sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk;
bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
Munandar (1992) dalam Hamzah B. Uno (2009). mengungkapkan ciri-ciri (indikator)
peserta didik berbakat sebagai berikut :
1.
Indikator Intelektual atau belajar : a). mudah menangkap pelajaran; b).
mudah mengingat kembali; c).memiliki perbendaharaan kata yang luas; d).
penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat; e).
daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan; f). menguasai banyak
bahan tentang macam-macam topic; g). senang dan sering membaca; h). mampu
mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan atau tertulis dengan
lancar dan jelas; i). mampu mengamati secara cermatj). senang mempelajari
kamus, peta dan ensiklopedi; k). cepat
memecahkan soal; l). cepat menemukan
kekeliruan atau kesalahan; m). cepat menemukan asas dalam suatu uraian; n).
mampu membaca pada usia lebih muda; o). daya abstraksi cukup tinggi; p). selalu
sibuk menangani berbagai hal
2. Indikator kreativitas, yaitu: a).
memiliki rasa ingin tahu yang besar; b). sering mengajukan pertanyaan yang
berbobot; c). memberikan banyak gagasan
dan usul terhadap suatu masalah; d). mampu menyatakan pendapat secara spontan
dan tidak malu-malu; e). mempunyai atau menghargai rasa keindahan; f). mempunyai pendapat
sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh orang lain; g). memiliki rasa humor tinggi; h). mempunyai daya imajinasi yang kuat; i). mampu
mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain
(orisinil); j). dapat bekerja sendiri; k). senang mencoba hal-hal baru; l).
mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
3. Indikator motivasi, yaitu : a). tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
berhenti sebelum selesai); b). ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus
asa; c). tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; d). ingin
mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan; e). selalu berusaha
berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya; f).
menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya
terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya; g). senang dan rajin
belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dapat
mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut; h). mengejar tujuan-tujuan jangka
panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian;
i). senang mencari dan memecahkan soal-soal
b.
Kecenderungan Minat Siswa
Kecenderungan minat jabatan peserta
didik dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Holland (1985)
mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang berikut ciri-cirinya. Dari
identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa tidak semua jabatan
cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan
terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut disajikan kecenderungan tipe
kepribadian dan ciri-cirinya.
1.
Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya
atau realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah: rapi, terus terang, keras
kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
2.
Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik.
Ciri-ciri kecenderungan ini meliputi: analitis, hati-hati, kritis, suka yang
rumit, rasa ingin tahu besar.
3. Seni
(artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri kecenderungan ini
adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif, terbuka.
4.
Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial.
Ciri-cirinya: melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah hati, menolong,
dan hangat.
5. Suka usaha (enterprising), yaitu
kecenderungan menyukai bidang usaha. Ciri-cirinya: ambisius, energik, optimis,
percaya diri, dan suka bicara.
6. Tidak
mau berubah (conventional), yaitu kecenderungan untuk mempertahankanhal-hal
yang sudah ada, enggan terhadap perubahan. Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan,
kaku, tertutup, patuh konsisten.
c. Proses Diagnisis Pontensi Siswa
Potensi peserta didik dapat dideteksi
dari keberbakatan intelektual pada peserta didik. Ada dua cara pengumpulan
informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu dengan menggunakan data
objektif dan data subjektif. Identifikasi melalui penggunaan data objektif
diperoleh melalui antara lain: a). skor tes inteligensi individual; b). skor
tes inteligensi kelompok; c). skor tes akademik; d). skor tes kreativitas.
Sedangkan identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari : a).
ceklis perilaku; b). nominasi oleh guru; c). nominasi oleh orang tua; d).
nominasi oleh teman sebaya dan e). nominasi oleh diri sendiri.
Untuk melakukan diagnosis (identifikasi)
dengan menggunakan data objektif seperti tes inteligensi individual, tes
inteligensi kelompok dan tes kreativitas, biasanya dilakukan oleh lembaga khusus
yang bergerak dalam bidang psikologi, misalnya Program Studi Psikologi maupun
Kantor Konsultan Psikologi. Sedangkan untuk memperoleh skor tes akademik,
sekolah dapat melakukannya sendiri. Biasanya prestasi akademik yang dilihat
dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata pelajaran : Bahasa Indonesia,
bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan
Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data subjektif, sekolah dapat
mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan ciri (indikator)
keberbakatan yang terkait.
Laporan hasil penjaringan potensi
peserta didik dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling, terutama dalam program pelayanan bimbingan belajar dan
bimbingan karir. Program bimbingan belajar terutama diberikan kepada peserta
didik yang mempunyai prestasi dibawah
rata-rata agar dapat memperoleh prestasi yang lebih tinggi. Program bimbingan
karir diberikan kepada semua peserta didik dalam rangka mempersiapkan mereka
untuk melanjutkan studi dan menyiapkan karirnya.
D. Tujuan dan Kegunaan Tes Kemampuan Berfikir Verbal
Tes penalaran logika bertujuan mengukur kemampuan
seseorang dalam memecahkan masalah secara logis berdasarkan informasi yang
disediakan. Tes ini berisi masalah-masalah abstrak atau hal-hal yang berkaitan
dengan bidang pekerjaan yang ditawarkan tersebut. Kemampuan yang tinggi dalam
tes ini menunjukkan bahwa Anda mempunyai potensi berpikir secara kritis dan
memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam pekerjaan, seperti memanfaatkan
sumber daya yang ada dan melakukan perencanaan selanjutnya.
Tes penalaran verbal bertujuan untuk mengukur
kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dan memahami kata-kata secara
tertulis. Dalam pekerjaan, kemampuan ini berhubungan dengan berbagai tugas,
seperti membaca, menulis, surat-menyurat, dan menyusun laporan. Pada tingkatan
yang sederhana, tes-tes semacam ini dapat digunakan untuk menguji kemampuan
baca tulis calon karyawan, meliputi kemampuan menulis kalimat dengan tepat secara
gramatikal, kemampuan mengeja dan membaca, dan ketepatan membubuhkan tanda
baca. Missing World Tests dalam bab 4 adalah salah satu tes yang mengukur
kemampuan ini. Pada tingkatan yang lebih tinggi, tes penalaran verbal digunakan
untuk menggali kemampuan calon karyawan dalam memahami arti suatu kata yang
telah ditulis atau dikatakan.
Penalaran verbal , digunakan untuk mengungkap
kemampuan seseorang memahami konsep dalam bentuk tulisan dan verbal
(kata-kata). Penalaran verbal juga memudahkan seseorang berpikir secara logis.
Tujuan tes penalaran verbal untuk menilai kemampuan verbal dan perbendaharaan
kata. Harapannya, setelah menjalani tes ini seseorang akan memahami bakatnya.
Selanjutnya, bakat tersebut dikembangkan sesuai dengan minat yang diinginkannya.
Berdasar pata kajian literature penulis dikelompokan bakat seseorang
berdasarkan penalaran verbal dikelompokkan menjadi empat bagian.
1. Literary
Literary
merupakan jenis pekerjaan yang berkaitan dengan literatur atau referensi,
seperti mengarang, menulis, atau membaca. Orang yang memiliki kecerdasan
literary mampu berkarier dengan baik dalam bidang sastra, bahasa, jurnalistik
atau kewartawanan, pendidik atau pengajar, editor, penulis, atau penerjemah.
2. Clerical
Clerical
merupakan jenis pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan administrasi. Orang
yang memiliki kecerdasan clerical mampu berkarier dengan baik dalam bidang
pengelolaan tata usaha, kepustakaan, sekretaris, atau administrasi.
3. Musical
Musical
merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan musik, baik memainkan alat
musik, menyanyi, mencipta lagu, atau kegiatan yang berkaitan dengan seni. Orang
yang memiliki kecerdasan musical mampu berkarier dengan baik menjadi pemusik,
guru musik, pencipta lagu, atau komposer.
4. Persuasive
Persuasive
merupakan jenis pekerjaan yang mampu memengaruhi, mengarahkan, ataupun
menasihati orang lain untuk mengikuti keinginannya. Orang yang memiliki
kecerdasan persuasive mampu berkarier dengan baik dalam bidang dakwah (da’i),
motivator, humas (hubungan masyarakat), pemasaran (sales), atau personalia.
E. Analisis Tes Bakat berdasar Pada Penggunaan dalam Layanan BK
Tes bermacam-macam
dalam bentuk dan tujuanya, namun untuk dapat mengetahui bahwa tes tersebut
termasuk tes yang baik dalam penggunaaanya, terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Baku
Berarti bahwa pelaksanaan dan penskoran setiap saat digunakan adalah sama .
2. Objektif
Berarti bahwa penskoran adalah bebas dari klesubjektifan opini pembeiri skor.
3. Reliabel
Berarti bahwa memberikan hasil yang sama pada percobaan yang dilakukan secara
berulang-ulang
4. Valid
à Berarti bahwa ini mengukur apa yang diharapkan untuk diukur.
Dalam
menganalisis tes bakat serta penggunaan pada layanan BK. Untuk tujuan program
layanan bimbingan di sekolah adalah tes inteligenci kelompok berupa:
1. The
California Test of Mental Maturity (CTMM)
2. The
Henmon-Nelson Test Mental Ability
3. Otis
Lennon Mental Ability Test
4. Progressive
matrices
5. Tes
CTMM
Tujuan ten CTMM adalah
untuk mendistribusikan terhadap empat skor faktor (Penalaran Logika, penalaran
angka, konsep-konsep verbal, dan daya ingatan).Dalam tes ini Terdapat 12 tes
dengan 5 jenis faktor penalaran
Faktor 1. Penalaran secara logis
Ø
Tes 1. Kebalikan (Opposities)
Ø
Tes 2. Kesamaan (Similiarities)
Ø
Tes 3. Analogis
Faktor 2. Relasi Ruang (Spatial
Relationship)
Ø
Tes 4. Pengertian Kanan dan Kiri
Ø
Tes 5. Manipulasi Bidang/ Daerah
Faktor 3. Penalaran Angka
Ø
Tes 6. Deretan Bilangan
Ø
Tes 7. Menilai Angka-angka
Ø
Tes 8. Problem bilangan-bilangan
Faktor 4. Konsep-konsep nilai verbal
Ø
Tes 9. Kesimpulan (Inferences)
Ø
Tes 10. Pengertian Verbal
Faktor 5. Ingatan (Memori)
Ø
Tes 11. Mengingat segera
Ø
Tes 12. Mengingat tidak segera
F. Pembagian pada Tes Kemampuan Berfikir Verbal.
1. Tes Potensi Akademik Persamaan
Kata (Sinonim)
Soal
dari tes persamaan kata ini meminta anda untuk mencari satu kata yang setara atau
sama atau serupa maknanya dengan makna kata tertentu yang diminta. Contoh:
1) kontradiksi :
a.
perjanjian
b.
diskusi
c.
penandatanganan kontrak
d.
perdebatan
e.
pertentangan
kontradiksi = pertentangan.
2). Dampak :
a. Akibat
b. Benturan
c. berubah
d. hambatan
e. masalah
dampak=akibat (sinonim/persamaan)
3) Baku :
a. pokok
b. standar
c. umum
d. normal
e. asli
Baku = standar
2).Tes Potensi Akademik Verbal
Antonim
Tes antonim ini cukup sederhana. Anda diminta untuk mencari
lawan kata atau kata yang bertentangan dengan kata tertentu. Contoh:
1)
Landai ><
a. Datar
a. Datar
b. Curam
c. Sedang
d. Luas
e. Lapang
2) Enmity ><
a. Kekasih
b. Hubungan
c. Pertengkaran
d. Persahabatan
e. Perseteruan
3) Stabil
a. Labil
b. rusuh
c. runtuh
d. hancur
e. retak
stabil >< labil (lawan kata)
3. Tes Potensi Akademik
Padanan Hubungan Kata
Jenis soal dalam tes ini meminta anda untuk mengidentifikasi
atau mencari kesetaraan atau padanan hubungan antar kata yang diberikan.
Kesetaraan hubungan ini harus anda analisa secara cermat untuk mendapatkan
jawaban yang tepat. Yang diukur dalam tes ini adalah kemampuan logika anda
terhadap sebuah kondisi, untuk melihat sejauh mana anda memahami sebab-akibat
suatu permasalahan. Tipsnya: Apabila anda bermasalah dengan konsentrasi dan
logika, anda bisa mem-bypass-nya dengan menghafal soal dan jawaban. Karena
beberapa kali penulis menghadapi tes in, soal yang diberikan relatif sama. Contoh:
1). wanita : kebaya = pria :
a. sepatu b. baju c.
topi d. jas
2).
kubus : pyramid = empat persegi :
a.peti b.mesir c.pentagon d.segitiga
3)
Pikiran : Otak
a. Buku : Printer
b. Kata-kata : Lisan
c. Komputer : Ketikan
d. Awan : Langit
e. Hujan : Uap
4.Tes Potensi Akademik Pengelompokan
Kata
Tes pengelompokan kata ini meminta anda untuk menganalisa
satu kata yang tidak identik atau tidak serupa atau tidak masuk dalam kelompok
kata yang lainnya.Contoh:
1)
Pilih
yang bukan termasuk kelompoknya :
a. mawar
b. melati
c. anggrek
d. dahlia
e. pisang
jawabannya
pisang,yang lain termasuk bunga, sedangkan pisang bukan.
5. Missing Words Tests (Acak Kata)
Pada contoh tes seperti ini, anda diminta untuk melengkapi
atau mengisi kata yang hilang pada kalimat di soal. Kunci utama pada soal
seperti ini terletak pada kecepatan dan daya kerja yang konsisten.
Contoh soal :
1)
Tiga pekerja senior……… hadir pada saat………
1.
telah,
pemeriksaan
2.
telah,pemeriksaan
3.
telah,
pemeriksan
4.
telah,pemeriksaan
5.
semua
salah
Dalam soal diatas anda harus mencari ejaan yang benar untuk
kedua kata yang hilang. Kedua kata tersebut seharusnya “telah” dan
“pemeriksaan”, jadi jawabannya adalah B.
2)
Seorang saksi ………… berbicara kepada……….
1.
melihat,
menyangka
2.
terlihat,
menyangka
3.
melihat,
disangka
4.
terlihat,
disangka
5.
semua
salah
Dalam contoh kedua kalimat tersebut dapat menjadi satu
kalimat utuh yang bermakna jika diisi dengan kata “terlihat dan “tersangka”
yang masing – masing berfungsi sebagai predikat dan objek dari kalimat
tersebut. Namun, tak satu pun jawaban yang benar. Jadi jawabannya adalah E.
Dari kelima kategori tersebut di
atas,yang paling sering keluar sebagai soal TPA adalah tiga kategori pertama.
a.
Hubungan Pasangan Kata
(Analogi)
Disajikan beberapa kata yang berpasangan dengan
hubungan tertentu. Anda diminta untuk memilih dari pilihan jawaban yang
disediakan manakah kata atau pasangan kata yang bersesuaian atau sepadan
hubungannya atau mempunyai analogi dengan pasangan kata yang disajikan. Terdapat
dua pola,yaitu:
1. Pola dua kata berpasangan
a. Mencari dua kata yang berpasangan
Disajikan dua kata yang
berpasangan dengan hubungan tertentu.Anda diminta untuk memilih dari pilihan
jawaban yang disediakan,manakah pasangan kata yang bersesuaian atau sepadan
hubungannya atau mempunyai analogi dengan pasangan kata yang disajikan. Contoh:
Nelayan : Perahu
a.
Koki : Oven
b.
Penulis : Pena
c.
Fotografer : Kamera
d.
Petani : Traktor
Jawaban : D. Petani : Traktor
Pembahasan : Kata NELAYAN
berhubungan kata PERAHU. NELAYAN menggunakan PERAHU sebagai kendaraan untuk
mencari ikan.Hal ini bersesuaian dengan PETANI menggunakan TRAKTOR sebagai
kendaraan untuk membajak sawah.
b. Mencari satu kata sebagai pasangan
Disajikan
dua kata yang berpasangan dengan hubungan tertentu. Kemudian disajikan lagi
satu kata yang merupakan setengah bagian dari pasangan kata yang disajikan
sebelumnya. Anda diminta untuk mencari satu kata lagi dari pilihan jawaban yang
disediakan untuk melengkapi setengah bagian untuk membentuk pasangan kata yang
bersesuaian hubungannya dengan pasangan kata yang disajikan sebelumnya tadi.
Contoh : Makan : Lapar = Lampu : …
a.
Padang
b.
Pijar
c.
Terang
d.
Gelap
Jawaban : d. GELAP
Jawaban : d. GELAP
Pembahasan : Manusia
membutuhkan MAKAN untuk mengatasi rasa LAPAR, manusia membutuhkan LAMPU untuk
mengatasi GELAP.
2.
Pola tiga kata berpasangan
Disajikan tiga kata yang
berpasangan dengan hubungan tertentu.Anda diminta untuk memilih dari pilihan
jawaban yang disediakan,manakah pasangan kata yang bersesuaian atau sepadan
hubungannya atau mempunyai analogi dengan pasangan kata yang disajikan.
Contoh : Ulat : Kepompong :
Kupu-Kupu
a.
Sore : Siang : Pagi
b.
Kecil : Sedang : Besar
c.
Bayi : Anak : Remaja
d.
Ngantuk : Tidur : Mimpi
Jawaban : C. Kecil
: Sedang : Besar
Pembahasan : Soal dengan tipe
kedua ini sangat jarang dimunculkan.
b. Kelompok Kata
Disajikan empat kata sebagai pilihan jawaban. Tiga kata
merupakan satu kelompok dengan hubungan tertentu.Anda diminta untuk memilih
salah satu kata yang bukan merupakan bagian atau anggota dari kelompok dengan
hubungan tertentu tersebut. Contoh :
a.
Paris
b.
London
c.
New York
d.
Jakarta
Jawaban : C. New York
Jawaban : C. New York
Pembahasan : Penghubung kelompok kata adalah ‘kota yang merupakan ibu kota negara’.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
kecerdasan verbal adalah dasar
kecerdasan mendasar yang diperlukan untu mengembangkan life-skill. Jenis
kecerdasan ini dibutuhkan dalam nyaris semua bidang pendidikan formal. Tes kemampuan berfikir verbal adalah
tes yang didesain untuk menetukan sebaik apakah kemampuan seseorang dalam
berbahasa, yang sering kali digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan
kemungkinan keberhasilan dimasa akan datang. Tes tersebut berfungsi mengukur
kesiapan mental yang biasanya disebut tes kognitif, Tes verbal adalah bagian
dari Tes Potensi Akademik (TPA).Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan
seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan
kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, tes pengelompokan
kata dan missing words test (melengkapi kalimat yang hilang).Tes ini biasanya
terdiri atas 40 soal.
B.
Saran
Diharapkan dalam tindak lanjut praktek
yang diharapkan ketika nanti dilapangan khusnya sebagai pengingat untuk penulis
dan teman- teman semua yang esok akan berjuang dalam sebuah pengabdian dan
materi pun diharapkan dapat dikembangkan agar menjadi referensi yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
ahmadi dan Ahmad rohani H.M, 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta : Rineka Cipta.
Armstrong,
T, (2002). Sekolah Para Juara: Menerapkan
Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
Budiningsih,
C. Asri, (2005). Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : Rineka Cipta.
Gichara,
Jenny. 2010. Aku Bisa Menjadi Yang Ku Mau.
Jakarta: PT Alek Media Komputindo
Harry
Tolley & Ken Thomas.2004. Verbal
Reasoning Tests Lolos Tes Penalaran Verbal. Solo: Tiga Serangkai.
Hamzah
B. Uno. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kalilurahman.
2008. Berkah Shalat Dhuha. Jakarta: PT
Wahyu Media
Sukmadinata
Nana Syaodih, 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek.
Maestro : Bandung.
.
BalasHapusbagus, makasih
AKU PERGI DULU SAYANG, MUNGKIN KU TAKKAN KEMBALI
.