BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Komik adalah bacaan yang sangat popular. Banyak anak
menyukai jenis bacaan ini. Mengapa anak menyukai komik bukanlah suatu
pertanyaan yang sulit dijawab. Bagi anak komik sangat menarik karena penuh
dengan gambar. Hal ini membuat komik menjadi begitu mudah untuk dipahami,
bahkan oleh anak yang belum fasih membaca. Perpaduan banyak gambar dengan
sedikit teks pada komik juga membuat anak tidak perlu mengerahkan daya
konsentrasi tinggi untuk memahami isi ceritanya. Anak-anak bisa merasa rileks
ketika menikmati ulah tokoh-tokoh dalam komik.
Begitu gemarnya anak dengan komik bahkan ada yang
sampai kecanduan. Setiap ada kesempatan dihabiskan untuk membaca komik. Jika
sudah membaca, mereka sulit dialihkan kegiatannya. Banyak aktivitas tertunda.
Mereka jadi malas mandi, malas makan, malas mengerjakan tugas rumah, malas
belajar, dst. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah. Anak jadi kurang bisa
mengendalikan diri. Sering pula terjadi, anak jadi meniru semua kebiasaan si
tokoh dalam komik. Jika yang ditiru adalah kebiasaan baik, maka tidak ada
masalah. Namun berbeda jika anak menjadi meniru kebiasaan buruk.
Di sisi lain, sebenarnya komik juga memiliki dampak
yang positif. Dengan membaca komik, anak dapat berkembang imajinasinya. Selain
itu, menurut Hurlock (1978), komik dapat memberikan model yang dapat digunakan
untuk mengembangkan kepribadian anak.
Menyikapi pro kontra dampak komik di atas, ada
beberapa hal yang sekiranya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan oleh orang
tua. Pertama, dampingi dan tumbuhkan sikap kritis pada anak ketika mereka
membaca komik. Buka diskusi dengan akan mengenai isi cerita dalam komik yang
dibacanya. Tanyakan kepada anak siapa tokoh yang disukai atau tidak disukai dan
mengapa ia menyukai atau tidak menyukainya. Ajak pula anak untuk menilai dan
mengkritik hal-hal yang relevan dengan kehidupan nyata. Misalnya mana yang baik
dan buruk, mana yang layak ditiru dan mana yang tidak, dst.
Kedua, pilih komik yang sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangan anak dan berikan komik dengan tema cerita yang bervariasi. Variasi
tema ini dapat memberikan tambahan wawasan pengalaman yang beragam bagi anak.
Ketiga, seimbangkan antara kebutuhan berkebiatan pasif
dan aktif. Membaca komik adalah jenia kegiatan pasif yang membuat anak tidak
banyak bergerak, sedangkan kegiatan aktif adalah jenis kegiatan yang banyak
menggerakkan tubuh. Kegiatan aktif akan mengembangkan kemampuan psikomotorik
anak, sedangkan kebiasan membaca yang pasif ini lebih banyak menstimulasi
kognisi intelektual anak. Maka agar psikomotorik maupun kognisinya berkembang,
anak perlu dibiasakan untuk melakukan kedua jenis kegiatan tersebut secara
seimbang.
B.
Rumusan Masalah
·
Bagaimana eksistensi komik bagi pelajar?
·
Bagaimana tips memilih komik yang baik buat
anak?
·
Apa saja manfaat membaca komik untuk anak?
C.
Tujuan
·
Tahu akan eksistensi komik bagi pelajar
·
Tahu tips memilih komik yang baik buat anak
·
Tahu manfaat membaca komik untuk anak
BAB
2
LANDASAN
TOERI
Hingga saat ini di mata sebagian besar orang tua, para
pendidik, serta kaum moralis kita, jenis bacaan berbentuk komik tampaknya masih
dianggap sebangun dengan buku-buku roman picisan; sebuah bacaan yang dinilai
lebih banyak mendatangkan madarat tinimbang manfaat. Oleh karenanya, tidak
heran jika kebanyakan mereka bukan hanya akan menunjukan sikap yang kurang
bersahabat terhadap jenis bacaan ini. Mereka akan berupaya sekuat daya
menjauhkannya dari jangkauan anak-anaknya atau peserta didiknya.
Di lingkungan keluarga misalnya, banyak orang tua yang
akan menghardik anak-anaknya yang ketahuan membaca, apalagi sampai menjadi
kolektor bacaan komik. Sedangkan di lingkungan sekolah banyak para guru tak segan-segan
akan melakukan perampasan terhadap siswanya yang kedapatan membawa jenis bacaan
ini ke sekolah.
Mengenai
bagaimana perlakuan protektif sekolah terhadap bacaan komik, ada cerita yang
cukup tragik seperti ini. Seorang rekan penulis yang bertugas di salah satu
SLTP di Bandung mengatakan bahwa salah satu cara untuk menseterilkan lingkungan
sekolah tempat dia bertugas dari jenis bacaan cerita bergambar ini, Kepala
Sekolahnya kerap menugasi para guru untuk melakukan razia tas sekolah para
siswa. Mereka yang ketahuan membawa buku komik, selain bukunya disita juga
orang tua siswa tersebut akan dipanggil pihak sekolah untuk diberikan
peringatan.
Menurut Marcel Bonneff (1998), seorang peneliti komik
Indonesia asal Perancis, sejak pertama kemunculannya komik memang telah menjadi
sasaran kritik dan tundingan para orang tua serta ahli-ahli pendidikan. Salah
satu alasannya, karena komik dianggap sebagai jenis bacaan yang tidak
memberikan nilai-nilai pendidikan serta gagasan-gagasan yang ada di dalamnya
dianggap dapat membahayakan perkembangan para pembacanya. Selain itu bacaan
komik juga kerap dituduh mengganggu kegiatan belajar anak-anak.
Selain alasan-alasan di atas, karakteristik komik yang
lebih banyak didominasi oleh unsur visual (gambar) tinimbang unsur teks
naratif, sehingga dinilai sebagai bacaan yang kurang memberi tantangan pada
pengembangan daya imajinasi/fantasi kepada para pembacanya yang kebanyakan
anak-anak-- juga dijadikan hujah oleh mereka yang bersikap protektif
terhadapnya. Begitu pula tindakan yang digambarkan dalam sebagian komik yang
menampilkan adegan-adegan agresif (keras dan brutal), bahkan tidak jarang
mempertontonkan hal-hal yang porno atau tabu -- sehingga kerap menyertakan
ragam bahasa yang naif dan kotor (seperti sumpah-serapah, makian, hujatan atau
kata-kata keji lainnya) -- menurut mereka dianggap potensial merangsang anak
untuk menirunya. Sebagai catatan, atas dasar asumsi semua jalan ceritanya
dianggap “baik”, di masa lalu semua buku komik harus mendapatkan rekomendasi
dari pihak Seksi Bina Budaya POLRI. Keterangan rekomendasi tersebut umumnya
dicantumkan pada bagian sampul dalam atau pada salah satu gambarnya.
Fenomena persepsi negatif dan sikap memusuhi komik
yang dilakukan oleh para orang tua dan para pendidik kita sebenarnya bukan
hanya terjadi di negara kita saja. Menurut Marcel Bonneff, antara tahun 1950-an
hingga 1960-an di Perancis sendiri –sebuah negara yang saat ini telah menjadi
kiblat perkomikan dunia-- fenomena semacam itu pernah menggenjala. Dan baru sekitar
tahun 1970-an setelah sejumlah lembaga, seperti Societe d’ Etude et de
Recherches des Litteratures dessinees (Masyarakat Pengkaji dan Peneliti Sastra
Bergambar) melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan membela keberadaannya
serta beberapa pihak universitas menyelenggarakan kuliah “Sejarah dan Estetika
Komik”, keberadaan komik mendapat tempat yang layak, baik di lingkungan para
akademisi maupun masyarakat Perancis pada umumnya..
Gambaran buruk terhadap pengaruh bacaan komik tentu
saja tidak semuanya disepakati oleh para pakar. Cukup banyak di antaranya yang
menilai komik bukan merupakan bacaan yang membahayakan sehingga harus dijauhkan
dari anak-anak. Seperti dinyatakan oleh psikolog Heny Supolo Sitepu (Media
Indonesia, 24 Januari 1998), komik tidak berbahaya dan tidak merusak minat baca
anak-anak. Bahkan sebaliknya, menurutnya komik dapat memperkaya kecerdasan
visual serta mengembangkan daya imajinasi mereka. Heny memberikan ilustrasi,
ketika seorang anak tengah membaca komik dia tidak hanya melihat gambaran
visualnya atau teksnya saja, tetapi juga dia memperhatikan detil gambarnya.
Misalnya bagaimana karakter dan mimik dari para tokohnya, latar belakang gambar
dan jalan ceritanya dan seterusnya.. Hal-hal tersebut, menurut Heny, dapat
memperkaya pengetahuan dan mendorong anak-anak belajar mencocokan antara latar
belakang dengan kejadian yang dipaparkan dalam cerita.
Pendapat senada Heny juga dikemukakan oleh Rahayu
S.Hidayat, ketua Lembaga Kajian Komik Indonesia. (Media Indonesia, 24 Januari
1998). Menurut salah seorang staf pengajar pada Fakultas Sastra UI ini, walau
bagaimanapun komik, karena keunggulan visualnya serta tokoh-tokohnya cenderung
menghibur, merupakan dunia yang lekat dengan anak-anak. Sejauh diperlakukan
dalam batas-batas yang wajar, komik sebenarnya cukup positif dalam menumbuhkan
minat membaca pada anak-anak, khususnya pada anak-anak yang belum dapat membaca
huruf atau usia pra sekolah.
Begitu pula pendapat Seto Mulyadi (Femina No.29/XXIII
27 Juli-2 Agustus 1995). Menurutnya, bagi anak-anak yang belum dapat membaca di
mana pada umumnya imajinasi mereka masih sangat terbatas, bacaan komik akan
dapat membantu memvisualisasikan imajinasi mereka itu. Kak Seto juga
menambahkan bagi anak-anak usia belajar dan tengah dalam perkembangan mental dan
intelegensia serta kreativitasnya, membaca komik, seperti halnya menonton
televisi, jika dilakukan dengan kadar secukupnya dan dengan fungsi sekedar
untuk hiburan atau syukur jika untuk memperoleh informasi, sesungguhnya tidak
usah begitu dikhawatirkan. Meskipun demikian psikolog yang dikenal dekat dengan
dunia anak ini buru-buru menambahkan bahwa sebaiknya begitu anak dianggap
lancar membaca, orang tua sebaiknya mulai memperkenalkan mereka pada buku teks
(termasuk buku cerita), kemudian perlahan-lahan mulai ‘menyapih’-nya dari
buku-buku bergambar atau komik.
Mengenai bahasa yang digunakan dalam komik, Marcel
Bonneff memberi catatan bahwa sesungguhnya bahasa komik sangat bervariasi dan
kaya, karena memiliki sejumlah fungsi khas yang tidak terdapat dalam jenis
bacaan non-komik. Pertama, fungsi bahasa unntuk memberikan komentar lakuan
(action). Kedua, fungsi bahasa dalam dialog yang repliknya ditempatkan dalam
balon (atau di samping), yang mengungkapkan sekaligus monolog batin. Ketiga
fungsi bahasa untuk mengungkapkan perasaan (interjection), yang juga ditaruh
dalam balon yang terkadang seperti gelembung meledak. Kemudian keempat fungsi
bunyi-bunyian. Dengan demikian dengan membaca komik secara tidak disadari anak
akan dikenalkan dengan aneka fungsi bahasa atau bentuk-bentuk kalimat (kalimat
langsung-tidak langsung, kalimat berita, kalimat tanya dan sejenisnya).
Selain sebagai alat penyebaran bahasa Indonesia Bahasa
Indonesia komik mempunyai peranan yang positif dalam mengembangkan kebiasaan
membaca. Bahkan ujar Bonneff, bagi anak-anak yang putus sekolah, komik
merupakan wahana utama untuk tetap berhubungan dengan bahasa tulis. Berdasarkan
hal-hal yang disebutkan tersebut peneliti komik ini merekomendasikan bahwasanya
buku- buku bacaan komik bukan hanya baik untuk dibaca oleh anak-anak pra
sekolah tetapi juga dapat menjadi salah satu media pengajaran yang efektif yang
dapat digunakan oleh para guru bahasa.
Dari uraian di atas tampaklah betapa hingga saat ini
keberadaan bacaan komik, khususnya yang menyangkut dampak yang ditimbulkan pada
pembacanya, masih menjadi sebuah perdebatan. Persoalannya sekarang sebagai
orang tua atau pendidik ke kubu manakah kita seharusnya berpihak? Pilihannya
tentu akan berpulang pada diri kita masing-masing. Meskipun demikian sebelum kita
menentukan sikap ada baiknya jika kita mempertimbangkan realitas berikut.
Menurut informasi masyarakat Jepang yang terkenal
sangat hobi membaca itu pada umumnya adalah penggemar berat bacaan komik.
Saking gandrungnya masyarakat negeri Sakura ini terhadap jenis bacaan ini
hingga hampir 50% industri perbukuan mereka dikuasai oleh buku-buku berjenis
komik. Bahkan saat ini ada semacam kecenderungan baru dalam industri perbukuan
di negeri ini, semua hal yang menyangkut kehidupan mereka, baik dalam bidang ekonomi,
sosial, politik hingga petunjuk cara masak-memasak dibuat dalam bentuk buku
komik.
Buku-buku serial komik semacam Doraemon, Sailor Moon,
Dragon Ball, Candy-Candy, atau Krayon Sinchan yang saat ini sudah diterjemahkan
dalam berbagai bahasa serta telah dibuatkan serial animasinya, di Jepang bukan
hanya digemari oleh kalangan anak-anak tetapi juga oleh para orang dewasanya.
Bahkan mengenai serial komik Krayon Sinchan yang ramai dipersoalkan oleh
masyarakat kita karena dianggap adegan-adegannya dinilai banyak yang vulgar
serta menjurus ke arah pornografi, walaupun tokoh utamanya anak-anak, namun
sejatinya di Jepang sendiri komik tersebut merupakan komiknya kalangan orang
dewasa. Jadi seperti serial kartun Burt Simpson, walaupun salah satu tokohnya
anak-anak tetapi serial tersebut sesungguhnya bukan diperuntukkan untuk
kalangan anak-anak, setidaknya yang kurang dari usia 12 tahun. Dengan demikian
wajar saja jika di dalam serial Krayon Sinchan terdapat sejumlah adegan yang
ramai diributkan itu, serta salah kita sendiri jika serial animasinya
disuguhkan kepada anak-anak.
Kemudian, seperti dilaporkan dalam buku Jepang Dewasa
Ini (1996), di negara tersebut terdapat sebuah majalah mingguan komik yang
mempunyai sirkulasi sebanyak 4 juta eksemplar lebih setiap kali terbit. Dan
yang cukup mencengangkan, mereka yang menginginkannya harus pesan terlebih
dahulu kepada para agen atau toko buku. Kegandrungan anak-anak Jepang melahap
jenis bacaan komik ternyata tidak membuat mereka menjadi rusak minat bacanya
atau terganggu aktivitas belajarnya. Setidaknya hingga setakat ini penulis
belum menemukan hasil-hasil penelitian yang menyatakan hal yang dikhawatirkan
itu.
Sementara di Indonesia menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dian Rohaeni lewat skripsinya yang berjudul “Bacaan Anak-anak
Bercorak Komik: Analisis Deskriptif atas Minat Baca Anak-anak pada Komik Elex
Media Komputindo” (FSUI,1995), antara lain menyatakan sebanyak 91,5 % dari
responden penelitiannya (100 anak-anak) dapat dikatagorikan sebagai kelompok
komik-mania atau penggemar berat bacaan komik. Dan yang lebih penting lagi Dian
Rohaeni juga tidak menemukan fakta bahwa anak-anak yang menggemari jenis bacaan
komik tersebut hancur minat bacanya terhadap bacaan non-komik. Kegemaran mereka
membaca komik umumnya beriringan dengan kegemaran membaca buku-buku non-komik,
termasuk buku-buku pelajaran. Kemudian aktivitas belajar anak-anak penggemar
bacaan komik tersebut juga sama sekali tidak terganggu, apalagi menjadi
amburadul karenanya.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komik
Komik
adalah sebuah cerita yang disampaikan dengan illustrasi gambar. Dengan kata
lain, komik adalah sebuah cerita bergambar, dimana gambar tersebut berfungsi
sebagai media pendeskripsian cerita. Sehingga, pembaca bukan sekedar
membayangkan tentang karakter tokoh dan lokasi yang menjadi latar belakang
cerita tersebut.
Dari pengertian komik tersebut,
komik pada dasarnya memiliki kesamaan dengan novel atau juga cerita pendek.
Yang membedakan hanyalah, pada novel atau cerita pendek, pendeskripsian
dilakukan dengan tulisan. Sedangkan pada komik, deskripsi cerita disampaikan
melalui coretan gambar.
Dengan keunggulan komik ini, tak
jarang komik lebih menjadi pilihan mereka yang memiliki hobi membaca. Khususnya
anak-anak dan remaja. Sebab, dengan adanya gambar, pembaca lebih mudah untuk
melibatkan emosi merekapada cerita yang disajikan. Salah satunya, dengan mampu
menghadirkan imajinasi tentang tentang tokoh cerita yang menjadi idola mereka.
B. Sejarah Komik di Indonesia
Generasi 1930an
Merujuk
kepada Boneff maka komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat di bagi
menjadi dua kategori
besar, yaitu komik
strip dan buku komik. Kehadiran komik-komik di Indonesia
pada tahun 1930an dapat ditemukan pada media Belanda
seperti De Java Bode dan D’orient dimana terdapat komik-komik seperti Flippie
Flink and Flash Gordon.
Put On,seorang
peranakan Tionghoa adalah karakter komik Indonesia yang pertama-tama merupakan karya Kho Wan Gie yang terbit rutin di surat kabar Sin Po. Put On menginspirasi banyak komik
strip lainnya sejak tahun 30an sampai 60-an seperti pada Majalah
Star(1939-1942) yang kemudian bertukar menjadi Star Weekly. Sementara itu di Solo,
Nasroen A.S.
membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe melalui
mingguan Ratu Timur.
Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan
komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah
Pendudukan Jogja”, bercerita tentang agresi militer Belanda ke atas kota Yogyakarta. Komik ini kemudian dibukukan oleh
harian “Pikiran Rakyat”
dari Bandung. Sebagian pengamat komik berpendapat
bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis
komik Indonesia.
Generasi 1940-50an
Sekitar
akhir tahun 1940an, banyak komik-komik dari Amerika yang disisipkan sebagai suplemen
mingguan suratkabar. Diantaranya adalah komik seperti Tarzan,
Rip Kirby,
Phantom and Johnny Hazard.
Kemudian penerbit seperti Gapura dan Keng po dari Jakarta, dan Perfects dari Malang,
mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik. Ditengah-tengah membanjirnya
komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salahs seorang komikus terdepan, yang
memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam menggambar mendapatkan kesempatan
untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda pahlawan Tiongkok ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil
melampaui popularitas Tarzan di kalangan pembaca lokal.
Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong upaya mentransformasikan beberapa
karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal. R.A. Kosasih, yang kemudian dikenal sebagai Bapak
Komik Indonesia, memulai karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman
menjadi pahlawan wanita
bernama Sri Asih. Terdapat banyak lagi karakter
pahlawan super yang diciptakan oleh komikus lainnya,diantaranya adalah Siti Gahara,
Puteri Bintang,
Garuda Putih
and Kapten Comet,
yang mendapatkan inspirasi dari Superman dan petualangan Flash Gordon.
Generasi 1960-70an
Adapatasi
dari komik asing
dalam komik Indonesia mendapatkan tentangan dan kritikan
dari kalangan pendidik dan pengkritik budaya.
Karena itu penerbit seperti Melodi dari Bandung dan Keng Po
dari Jakarta mencari orientasi baru dengan melihat kembali kepada khazanah
kebudayaan nasional. Sebagai hasil pencarian itu maka
cerita-cerita yang diambil dari wayang Sunda
dan Jawa menjadi tema-tema prioritas dalam
penerbitan komik selanjutnya. R.A. Kosasih adalah salah seorang komikus yang
terkenal keberhasilannya membawa epik Mahabharata dari wayang
ke dalam media buku komik. Sementara itu dari Sumatra, terutamanya di kota Medan,
terdapat pionir-pionir komikus berketrampilan tinggi seperto Taguan Hardjo,
Djas,
dan Zam Nuldyn,
yang menyumbangkan estetika dan nilai filosofi ke dalam seni komik. Di bawah
penerbitan Casso
and Harris,
artis-artis komik ini mengeksplorasi cerita rakyat Sumatra yang kemudian menjadi tema komik yang
sangat digemari dari tahun 1960an hingga 1970an.
Banyak
dipengaruhi komik-komik dengan gaya Amerika, Eropa,
dan Tiongkok. Sebagian besar memanfaatkan majalah dan koran
sebagai medianya, meskipun beberapa karya seperti Majapahit oleh R.A. Kosasih juga mendapatkan kesempatan untuk
tampil dalam bentuk buku.
Generasi 1990-2000an
Ditandai
oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan kemerdekaan penerbitan, komikus
mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi gayanya masing-masing dengan mengacu
kepada banyak karya luar negeri yang lebih mudah diakses. Selain itu, beberapa
judul komik yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk menembus pasar
dalam negeri, juga mendapat tempat dengan maraknya penerbit komik bajakan.
Selain
itu beberapa penerbit besar mulai aktif memberikan kesempatan kepada komikus
muda untuk mengubah image komik Indonesia yang selama ini terkesan terlalu
serius menjadi lebih segar dan muda.
Ada
dua aliran utama yang mendominasi komik modern
Indonesia, yaitu Amerika (lebih dikenal dengan comics)
dan Jepang (dengan stereotype manga).
Aliran Amerika
Komikus
yang memilih style ini kebanyakan memang mereferensikan karya mereka pada
komikus-komikus Amerika. Sebagian dari mereka bahkan ada yang bekerja untuk
produksi komik Amerika. Beberapa komikus yang bisa dikatakan
beraliran gaya Amerika antara lain
Aliran Jepang
Komikus
yang menggunakan aliran ini sangat diuntungkan dengan berkembangnya komunitas
di Internet. Beberapa situs
seperti julliedillon.net, howtodrawmanga.com, dan mangauniversity memuat banyak
informasi pembuatan manga. Hal ini juga membuat ciri utama
komikus Indonesia dengan aliran gambar Jepang,
yaitu kebanyakan nama pengarangnya disamarkan dengan nickname masing-masing di
dunia maya. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan sulitnya mengetahui jumlah
tepatnya komikus lokal.
Beberapa pengarang komik yang aktif mengeluarkan karya dengan gaya ini adalah:
- Anthony Ann dengan nama samaran lainnya: Sentimental Amethyst
- Anzu Hizawa
- Is Yuniarto dan John G.Reinhart
Beberapa
Studio Komik juga pernah membuat karya-karya yang berciri aliran Jepang, antara
lain
Komik Independen
Diawali
dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik dari luar Indonesia,
muncullah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda, membuat gaya gambar
lebih variatif dan eksperimental. Banyak komikus-komikus indie
(independen) mengandalkan mesin fotokopi untuk penggandaan karya-karya mereka.
Sistem distribusi paling banyak dilakukan di pameran komik, baik dengan jalan jual-beli
atau barter antarkomikus. Tak jarang ada komikus
yang menghalalkan karyanya untuk diperbanyak dan disebarluaskan, dengan motto
'copyleft' (lawan dari copyright atau hak cipta). Tentunya tidak untuk
tujuan komersil.
Beberapa
studio komik Independen antara lain:
C. Merangsang Anak Senang Membaca dan Belajar
Pemahaman tentang belajar kepada anak
harus ditanamkan sejak dini. Belajar adalah proses mengetahui sesuatu yang
belum diketahui dan memperdalam apa yang telah diketahui. Mungkin menanamkan
pengertian seperti ini baru akan efektif sekitar klas 6 SD-SMP (12 – 16 tahun)
. Di bawah usia itu mungkin anak belum dapat memahami definisi belajar
tersebut.
Akan tetapi sebetulnya yang lebih
penting adalah pemahaman tentang tindakan yang mengantar menjadi senang
belajar. Sebelum anak sampai pada kesenangan untuk belajar, maka terlebih
dahulu harus senang membaca, ini mutlak!. Tidaklah mungkin anak bisa sampai
senang belajar kalau ia tidak senang membaca. Permulaan dari kesenangan membaca
anak adalah ia harus mulai suka membaca tentang hal-hal yang sederhana, sepele
dan ringan, seperti komik, mulai dari yang bergambar atau tidak, mulai dari
komik silat sampai roman picisan, majalah apa saja mulai dari majalah
anak, remaja dan juga novel.
Kalau anak sampai tidak senang membaca
komik atau majalah, apalagi yang bergambar, maka jangan harap ia akan senang
belajar!. Buku teks pelajaran jelas-jelas lebih bernuansa serius dan bahkan
kurang mengasyikkan dibandingkan dengan komik, majalah atau novel, baik dalam
alur cerita, tema ataupun gambar ilustrasi pendukungnya. Dengan demikian jangan
pernah memarahi anak kalau kita sedang melihatnya sedang asyik membaca komik,
majalah atau novel. “Tapi kalau tidak dimarahi, dia akan keasyikan membaca
komik terus, lalu kapan ia mau belajar ?” Ini adalah pertanyaan wajar yang
muncul dari orang tua. Anak semakin gemar membaca baik komik maupun buku cerita
ataupun majalah secara umpet-umpetan. Sehingga yang perlu dilakukan adalah
memberikan pengertian bahwa membaca novel, komik atau majalah adalah baik
karena banyak pengetahuan atau pelajaran sebagai contoh atau keteladanan yang
dapat diambil hikmahnya. Namun, jangan lupa belajar dengan membaca buku-buku
pelajaran yang syarat dengan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat diperlukan
untuk menunjang kehidupan kita kelak. Atau, kita minta kepada anak untuk
memakai hasrat, kegairahan dan keingintahuan dalam membaca komik dalam membaca
buku-buku pelajaran. Kalau ini yang terjadi, adalah hal yang laur biasa. Anak
akan dengan senang hati malalap habis (membaca) buku pelajarannya. Mungkin kita
bisa ingat bagaimana hasrat, gairah dan keingintahuan dalam mengetahui akhir
cerita suatu seri buku cerita (misalnya : Sinchan atau Harry Potter karangan
J.K Rowling).
Anak juga diperkenalkan dengan bacaan
hasil karya sastra yang bermutu, karya Sutan Takdir Alisyahbana, Mutinggo
Busye, dsb. Karya sastra mengungkapkan nilai-nilai kejujuran, ketertiban,
tanggung jawab , pengendalian diri, kebersamaan. Para ahli mengatakan bahwa
membaca karangan kerya sastra dapat memperhalus budi pekerti, membuat manusia
lebih arif dalam menghadapi kehidupan, dan bahkan memerdekakan pikiran serta
jiwa, sehingga manusia belajar untuk tidak mendominasi manusia lainnya dan
dapat mencipta sejarahnya sendiri. Hal ini seperti dikatakan oleh sastrawan
Taufik Ismail maupun Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, dari Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hal penting lainnya dalam konteks
membuat anak senang belajar, adalah jangan memarahi anak kalau dia mendapat
nilai jelek dlam pelajarannya, apalagi kalau ia sudah sungguh-sungguh belajar
keras. Hal ini hanya akan membuat anak semakin takut atau tertekan untuk
belajar. Lalu apa yang harus dilakukan?. Ajaklah anak untuk omong-omong tentang
kesulitan yang membuat ia tidak bisa mengerjakan ulangan atau ujiannya, lalu
berikanlah solusinya. Dan berikanlah penghargaan meskipun ia gagal meraih
prestasi, hal ini justru akan semakin menantang anak untuk lebih giat lagi
dalam belajar. Yang perlu lebih dihargai adalah melihat proses bukan hanya
hasil belajar
D. Eksistensi Komik bagi Pelajar
Dewasa
ini, komik sudah menjadi bacaan favorit hampir di seluruh kalangan masyarakat.
Peminat dan pembaca komik mulai dari anak – anak hingga orang dewasa. Oleh
karena itu, tidak heran keberadaan komik tidak pernah hilang ataupun merosot di
publik pembaca.
Menurut
pandangan masyarakat pada umumnya mengenai komik, bahwa komik merupakan buku
bacaan bergambar yang isinya bersifat santai dan tidak bermanfaat. Padahal
komik banyak mengandung hal yang menarik. Maka dari itu, berkenaan dengan
pengertian komik, banyak para ahli yang berpendapat tentang definisi komik.
Menurut Scott McCloud dalam buku Understanding Comics bahwa komik merupakan
gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang
melihatnya. Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena dibuat atas dasar
kreasi yang dipresentasikan secara visual.
Dengan
kata lain, dunia komik merupakan media yang dapat dijadikan wadah untuk
menampung berbagai gagasan dan gambar. Akan tetapi, gambar dan gagasan tersebut
tentu tergantung pada masing – masing selera pembuatnya. Maka dari selera yang
berbeda tersebut, muncul gaya gambar yang bermacam – macam, seperti manga atau
komik Jepang.
Biasanya
karakter komik Jepang memiliki gaya gambar yang berciri mata besar, gaya rambut
yang menarik, dan gaya pakaian karakter dalam komik sangat eksentrik. Gaya
pakaian yang dimaksud dipengaruhi pada fashion orang – orang Jepang. Hal – hal
tersebut merupakan salah satu alasan yang membuat komik banyak diminati.
Kemudian, dengan menggambarkan bentuk mata, mulut, dan postur tubuh dapat menggambarkan
perubahan emosi pada setiap karakter dalam komik. Sehingga, membuat pembaca
terbawa oleh suasana dan tertarik untuk terus membacanya hingga selesai.
Pada
dasarnya, komik dibuat dan dikreasikan oleh manusia untuk kebutuhan hidupnya.
Meskipun membaca belum tentu menjadi kebutuhan primer, apalagi membaca komik.
Namun di kalangan tertentu,ada sejumlah orang menganggap bahwa membaca komik
sebagai kebutuhan. Bahkan, di zaman sekarang ini, di mana dunia hiburan semakin
penting bagi manusia, komik pun seakan – akan menjadi kebutuhan primer.
Sementara
itu, membaca merupakan suatu kegiatan ilmiah yang khas. Seperti di kalangan
pelajar, selama belajar di perguruan tinggi, mahasiswa banyak terlibat dalam
kegiatan membaca. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah bacaan seperti
apa yang dijadikan kebutuhan primer bagi mahasiswa. Padahal membaca dilakukan
dalam rangka pekerjaan intelektual, seperti membaca buku, artikel atau bahan
cetak lain.
Seperti
yang dijelaskan sebelumnya bahwa komik digemari oleh pembaca dari berbagai
kalangan, termasuk kalangan pelajar khususnya mahasiswa. Pembaca di kalangan
mahasiswa pun tidak hanya khusus berasal dari satu tingkat semester, melainkan
dari berbagai tingkat semester, berbagai jurusan fakultas, dan jenis kelamin, menggemari
komik. Akan tetapi, mahasiswa memiliki tingkat minat membaca komik Jepang yang
berbeda, sesuai dengan alasan, tujuan, dan sifat materi komik yang diminati
oleh mahasiswa. Maka tidak aneh lagi, komik masuk di dalam daftar buku bacaan
bagi mahasiswa. Di samping itu, kini semakin berkembangnya teknologi
komunikasi, maka akan semakin mudah bagi mahasiswa untuk bisa menjajaki komik –
komik, khususnya komik Jepang.
E. Tips Memilih Komik
Bagi
para orang tua yang hendak memilihkan komik bagi anak-anak mereka, harus lebih
berhati-hati. Jangan sampai, niat untuk memberikan bacaan hiburan dan
merangsang minat baca pada anak, justru menimbulkan hal negatif karena salah
memilih jenis bacaan.
Untuk
itu, dalam memilih komik bagi anak-anak, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Di antaranya adalah :
1.
Kenali dengan jelas latar belakang komik,
seperti pengarang dan penerbitnya. Penerbit yang sudah terkenal, biasanya lebih
selektif dalam membuat terbitan dan sangat kecil kemungkinannya disisipi oleh
cerita komik yang berbau pornografi.
2.
Sempatkan untuk ikut membaca komik bagi anak
Anda. Hal ini bertujuan agar Anda bisa menyeleksi isi bacaan dalam komik
tersebut, dan bisa menjelaskan kepada anak-anak apabila terdapat hal-hal yang
kurang baik bagi perkembangan mental mereka.
3.
Jelaskan kepada anak Anda, bahwa komik
hanyalah sebuah cerita fiksi. Sehingga semua jalan cerita yang ada hanyalah
khayalan, sehingga anak-anak tidak perlu meniru beberapa perbuatan yang bisa
membahayakan keselamatan mereka.
4.
Arahkan anak untuk lebih memilih menyewa
komik daripada membeli sebuah komik. Karena hal ini bisa melatih anak untuk
belajar berhemat serta menggunakan uangnya untuk hal lain yang lebih
bermanfaat.
F. DAMPAK MEMBACA KOMIK
Ternyata
membaca komik itu ada beberapa dampaknya lho bagi yang terlalu sering
membacanya. Tetapi tentunya ada dampak negatif dan dampak positifnya dong.
Berikut ini dampak dari terlalu sering membaca komik :
DAMPAK POSITIF :
1.Belajar
Berhitung
Masih ingat komik Doraemon? Karakter karya Fujiko F. Fujio ini termasuk paling
dicintai anak-anak. Beberapa tahun yang lalu, komik Doraemon edisi belajar
berhitung juga diterbitkan. Komik-komik seperti ini tentu sangat bermanfaat dan
menolong karena menghadirkan nuansa belajar yang menyenangkan bersama tokoh
kesayangan.
2.
Mengenal Alam Sekitar
Komik yang memperkenalkan lingkungan dan alam sekitar juga sangat bermanfaat
bagi anak-anak. Anda tidak mungkin membawa anak-anak ke masa dinosaurus untuk
memperkenalkan mereka kepada Tyranosaurus, misalnya. Anak-anak pun bisa
diperkenalkan pada berbagai jenis tumbuhan dan hewan melalui komik.
3.
Membantu Memahami Cerita
Mengapa komik dibuat juga dengan disertai gambar ? tentunya ada maksud
tertentu dibalik itu , ,yaitu untuk mempermudah pembaca dalam memahami cerita
sehingga tidak perlu bersusah payah untuk membayangkannya karena gambarannya
sudah jelas ada di dalam komik tersebut.
4.
Mendorong Minat Baca
Komik juga mengundang minat baca anak2 bahkan banyak orang dewasa yang
menyukai komik. Banyak pembaca komik dari kecil yang telah dewasa yang mengaku
imajinasinya tumbuh dari membaca komik sejak kecil.
5.
Komik Mengajarkan Nilai Moral
Komik menghadirkan nilai2 moral bagi siapa saja , sebagai contohnya
persahabatan, kerja keras, kegigihan, semangat pantang menyerah, bahkan komik
terkadang juga mengandung nilai-nilai kebersamaan . Komik olah raga umumnya
mengajarkan nilai kerja keras, kegigihan, dan semangat pantang menyerah. Pesan umum
yang disampaikan biasanya "semakin gigih kamu berusaha, semakin dekat pula
dirimu pada keberhasilan". Prinsip alkitabiah seperti "kasihilah
musuhmu" juga bisa ditemukan. Nilai-nilai ini bisa dilihat dari komik,
seperti "Shoot!", "Kungfu Boy", "Harlem Beat",
dan lain-lain.
6.
Komik Merupakan Sarana Hiburan yang Tidak Memakan Waktu
Untuk mengisi kejenuhan, komik bisa menjadi alternatif yang sangat
cocok. Waktu yang dibutuhkan untuk membaca komik tidak seperti ketika membaca
novel. Sebab ada banyak yang dapat diringkas oleh komik, misalnya penggambaran
ekspresi wajah dan penjelasan latar tempat.
DAMPAK
NEGATIF
1.
Komik Membatasi Imajinasi
Terlalu sering membaca komik juga gak baik nih , , di dalam komik telah
disajikan gambar-gambar yang sesuai dengan cerita ,maksud awalnya memang baik ,
,untuk memudahkan pembaca dalam memahami cerita. Namun, dengan adanya
gambar-gambar tersebut malah justru dapat membatasi imajinasi si pembaca
terlebih anak-anak karena maksud dalam cerita telah disajikan dalam gambar.
Berbeda dengan novel, karena dalam novel pembaca dituntut untuk berfikir seperti
apa kira-kira maksud dari penulis ini.
2.
Tidak Mampu Menikmati dan Mengapresiasi Karya Sastra
Ketidakmampuan untuk menggunakan imajinasi akhirnya bisa membuat kita sulit
menangkap penggambaran yang diberikan cerpen atau novel. Kalaupun dapat, pembayangan
yang kita miliki mungkin hanya terpaku pada pengalaman kita pada latar
lingkungan yang ditampilkan komik. Akhirnya, kita bisa kesulitan untuk
merasakan keindahan kosakata yang dipakai penulis. Padahal apresiasi prosa
menjadi bagian pelajaran bahasa Indonesia yang masih harus dijalani para siswa,
minimal sampai tingkat SMA.
3.
Komik Menimbulkan Efek Adiktif
Efek adiktif yang timbul bisa berupa keinginan untuk segera menikmati
seri sambungan (umumnya karena penasaran) atau sekadar membaca lebih banyak
komik lainnya. Efeknya, selain menghabiskan banyak dana untuk menyewa atau
membeli edisi demi edisi, rasa penasaran juga bisa mendorong kita untuk lebih
banyak menghabiskan waktu bersama komik.
4.
Komik Lebih Eksplisit Menggambarkan Adegan
Adegan-adegan kekerasan dan bernuansa pornografi juga tergambar dengan
lebih jelas dalam komik. Hal ini sudah pasti tidak akan baik bila dikonsumsi
oleh anak-anak di bawah umur. Beberapa komik juga mengikuti praktik atau
kebiasaan yang berkenaan erat dengan okultisme (misalnya, pada komik seri-seri
misteri), sedangkan yang lain dikaitkan dengan masalah-masalah sosial seperti
homoseksualitas dan penyalahgunaan obat-obatan (Lorelli 2006). Kondisi ini
diperparah dengan anggapan bahwa komik merupakan konsumsi anak-anak. Memang
kini ada pelabelan, meski hal ini tidak banyak berpengaruh.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Komik memang selalu identik sebagai
bacaan anak-anak. Walaupun sebenarnya tidak semua komik diperuntukkan bagi
anak-anak. Orang tua harus selektif saat memilihkan komik untuk anak-anak.
Jangan sampai hanya karena membaca komik membuat anak-anak berbicara yang
kurang sopan dan bertindak secara kasar.
Tidak sedikit komik yang menampilkan
gambar-gambar adegan kekerasan dan porno. Gambar-gambar tersebut sangat tidak
tepat jika dibaca oleh anak-anak. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya tidak
menganggap bahwa semua komik diperuntukkan bagi anak-anak. Orang tua lebih baik
ikut menyeleksi bacaan apa saja yang cocok untuk anak-anak termasuk komik.
Jika tepat dalam memilih komik. Banyak
manfaat yang bisa diperoleh. Manfaat menbaca komik bagi anak-anak antara lain :
- Dapat meningkatkan minat membaca yang dimiliki oleh anak-anak
- Dapat melatih mengenal warna dan jenis-jenis benda
- Dapat meningkatkan kemampuan membaca anak-anak
- Dapat meningkatkan imajinasi yang dimiliki anak-anak
- Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda
- Membantu anak untuk menyalurkan emosinya
- Memperkenalkan anak pada kosakata yang lebih banyak, seperti halnya jika membaca buku yang lain.
Untuk itulah, alangkah lebih baik jika
orang tua ikut memperhatikan komik-komik yang diinginkan anak-anak. Tidak semua
komik untuk anak-anak. Tidak sedikit komik yang diberi petunjuk bahwa komik
tersebut untuk anak-anak,remaja atau bahkan komik dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Bonneff,
Marcel. 1998. Komik Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Muktiono,
Joko D. 2003. Aku Cinta Buku : Menumbuhkan Minat Baca pada Anak. Jakarta : Gramedia.
www.kompas.com/ M.M. Nimas
Eki Suprawati, Psi., M.Si, dosen psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta | Rabu, 27 Agustus 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar