BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Burrhus Frederic Skinner lahir 20
Maret 1904, di Susquehanna, Pennsylvania, sulung dari pasangan William Skinner
dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara dan politisi
berpengaruh, sedangkan ibunya dirumah mengurus kedua anak mereka. Skinner
tumbuh di keluarga kelas atas yang nyaman dan bahagia, orang tua Skinner
memperaktekan nilai-nilai kesetabilan, kerendahan hati, kejujuran dan kerja
keras. Keluarga skinner adalah penganut Kristen.
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika
dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana
seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan
beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan dan latihan.
B. Rumusan
Masalah
1. Bgagaimana Konsep Dasar Skinner
2. Bagaimana Struktur Kepribadian Teori
Behavior Skinner
3. Bgaimana Dinamika Kepribadian
Menurut Skinner
4. Bagaimana Perkembangan Kepribadian
Menurut Skinner
C. Tujuan
dan Manfaat
1. Mengetahui Konsep Dasar Teori
Behavior Menurut Skinner
2. Mengetahui Struktur Kepribadian
Menurut Sekinner
3. Mnegetahui Dinamika Kepribadian
Teori Behavior
4. Megetahui Perkembangan Kepribadian
Menurut Skinner
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Biografi Burrhus
Frederic Skinners
Burrhus Frederic Skinner lahir 20
Maret 1904, di Susquehanna, Pennsylvania, sulung dari pasangan William Skinner
dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara dan politisi
berpengaruh, sedangkan ibunya dirumah mengurus kedua anak mereka. Skinner
tumbuh di keluarga kelas atas yang nyaman dan bahagia, orang tua Skinner
memperaktekan nilai-nilai kesetabilan, kerendahan hati, kejujuran dan kerja
keras. Keluarga skinner adalah penganut Kristen.
Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan
bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi
belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi
diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The
Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal
berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi
Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika
dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan
meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana
seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan
beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas menurut Skinner
adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses
penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak
memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning
adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai
berikut :
Dalam laboratorium Skinner
memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”,
yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi
makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga
dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari
makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak
sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan
secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses
ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya
pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam
belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui
ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk
bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk
bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Menurut skinner (1953),
ilmu memiliki tiga karakter utama, yaitu:
a.
Ilmu bersifat kumulatif
b.
Ilmu adalah sikap yang lebih menghargai
observasi empiris
c.
Ilmu adalah pencarian terhadap tatanan
dan kaidah hubungan.
B. Behavior
Skinner
sebagai pelopor behaviorisme menolak semua teori kepribadian. Menurutnya,
psikologi belum siap ( belum memiliki data factual yang cukup ) untuk membangun
teroti kepribadian yang mencakup segala hal. Dia tidak membahas topik
kepribadian secara khusus kecuali sekedar menjadikan label dari aspek tingkah
laku tertentu. Sekinner berbeda dengan pakar kepribadian pada umumnya dalam 3
hal :
Pertama
sekinner menolak analisis kehidupan internal semacam insting - motif – drives –
aktualisasi diri - superiorita –
keamanan, dan secara ekstrim berpendapat psikologi harus membatasi diri hanya
menangani data yang dapat di observasi. Satu satunya aspek yang nyata dan
relevan dengan psikologi adalah tingkahlaku yang teramati dan satu satunya cara
mengontrol dan meramalkan tingkahlaku itu adalah mengaitkannya dengan kejadian
yang mengawali tingkah laku yang ada di lingkungan.
Kedua,
sekinner tidak tertarik dengan perbedaan individual seperti trait, life style, ego, dan self. Menurutnya, ilmu psikologi harus
menemukan hukum umum dari tingkah laku, hubungan empirik antara stimulus dengan
respon.
Ketiga
pakar psikologi kepribadian mengembangkan teorinya berdasarkan analisis
terhadap orang abnormal ( Freud dkk ), atau terhadap orang normal ( Rogers ),
atau terhadap orang yang super normal ( Maslaw ) sedangkan sekinner menggunakan
hewan ( tikus dan merpati ) sebagai
objek amatannya.
C. Asumsi Dasar
Sekinner
bekerja dengan 3 asumsi dasar, diaman asumsi 1 dan ke 2 menjadi asumsi
psikologi pada umumnya, bahkan menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah.
1.
Tingkah laku mengikuti hukum tertentu.
Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukan peristiwa tertentu
yang berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2.
Tingkah laku dapat diramalkan. Ilmu
bukan hanya menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani
peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan dating.
3.
Tingkah laku juga dapat di control. Ilmu
dapat digunakan sebagai antisipasi dan menentukan antisipasi dan
menentukan/membentuk ( sedikit/banyaknya ) tingkah laku seseorang. Sekinner
bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkah laku ,tetapi dia sangat
berkeinginan untuk memanipulasinya. Pandangan ini bertentangan dengan pandangan
teradisional yang menganggap manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan
pribadi. Sekinner memandang tingkah laku sebagaiproduk kondisi antesedn
tertentu, sedangkan pandangan tradisional berpendapat bahwa tingkah laku
merupakan produk perubahan dalam diri secara sepontan.
Skinner
menganggap, kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku manusia –
keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia. Merupakan bukti
kenenaran suatu teori. Lebih penting lagi prilaku manusia harus di control
karena manusia sekinner yakin manusia telah merusak dunia yang ditinggalnya
dnegan menggunakan ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalahnya.
Skinner
memahami dan mengontrol tingkah laku memakai teknik analisis fungsional
tingkahlaku yaitu : suatu analisis tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab
akibat, bagaimana atau respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu.
Menurut analisis fungsional akan menyingkap bahwa penyebab terjadinya tingkah
laku sebagian besar berada di event antesedennya atau berada di lingkungan.
Apabila penyebab atau stimulus yang menjadi pristiwa yang mendahului suatu respon
dapat dikontrol, itu berarti dapat dilakukan tindak control terhadap suatu
respon. Tidak ada gunanya memahami manusia terlepas dari lingkungannya, atau
menarik kesimpulan mengenai kesimpulan peristiwa yang terjadi di dalam diri
organisme dalam rangka memahami dan mengontrol tingkah laku, karena hubungan
antar peristiwa di dalam dengan tingkah laku tidak pernah di dukung oleh data
yang objektif.
D. Struktur Kepribadian
Skinner
tidak tertarik dengan variable strktural dari kepribadian. Menurutnya, mungkin
dapat di peroleh ilusi yang menjelaskan dan memperediksi tingkah laku
berdasarkan faktor-faktor tetap dalam kepribadian, tetapi tingkahlaku hanya
dapat diubah dan di control dengan mengubah lingkungan. Jadi sekinner lebih
tertarik dengan aspek yang berubah –ubah dari kepribadian alih-alih struktur
yang tetap. Unsur kepribadian dipandang relatip tetap adalah tingkah laku itu
sendiri. Ada 2 klasifikasi tipe tingkahlaku :
1.
Tingkah laku responden : respon yang
dihasilkan organism untuk menjawab stimulus yang secara sepesifik berhubungan
dengan respon itu. Respon reflex termasuk dalam kelompok ini, seperti
mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dll.
2.
Tingkah laku operan : respon yang
dimunculkan organism tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa
terjadinya respon itu. Terjadinya peruses pengikatan stimulus baru dengan
respon baru. Organism dihadapkan pada pilihan – pilihan respon mana yang akan
di pakai untuk menanggapi suatu stimulu. Keputusan mana yang dipilih tergantung
pada efeknya terhadap lingkungan atau konsekuensi yang mengikuti respon itu.
Bagi
sekinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan bgian elemen structural.
Dalamsituasi yang sama tingkah laku seseorang dapat berbeda – beda kekuatan dan
keseringan munculnya. Namun tidak harus diartikan sebagai akibat dari kekuatan
dalam, drive, atau motivasi. Menurut skinner variabelitas intensita tingkah
laku itu dapat di kembalikan kepada variable lingkungan. Orang lapar dan
bersemangat makan banyak bukan karena dorongan atau drive laparnya besar, tapi
karena perutnya kosong lama tidak makan atau kondisi penyebab lainnya. Konsep
motivasi yang menjelaskn variabelitas tingkah laku dalam situasi yang konstan
bukan fugsi dari keadaan enerji, tujuan, dan jenis penyebab semacamnya.
E. Dinamika Kepribadian
Kepribadian dan Belajar
Kepribadian
utama dari sekinner adalah mengenai perubahan tingkah laku. Jadi hakekat teori
sekinner adalah teori belaja, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku
baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan terus-menerus
dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan organism harus belajar
merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru di
pelajari. Dia yakin bahwa kepribadian dapat di fahami dengan mempertimbangkan
perkembangan tingkah laku dalam hubungan yang terus menerus dengan
lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku
adalah dengan melakukan penguata, suatu strategi kegiatan yang membuat
tingkahlaku tertentu berpeluang untuk menjadi atau sebaliknya (berpeluang untuk
tidak terjadi ) pada masa yang akan dating. Konsep dasarnya bahwa tingkah laku
dapat dikontrol oleh konsekuensi (dampak yang mengikuti ) tingkah laku itu.
Manusia dan binatang dapat dilatih melakukan semua jenistingkah laku manakala
semua jenis tingkah laku mnakala semua konsekuensi atau penguatan yang tersedia
di lingkungan dapat di ubah dan di atur sesuai dengan tujuan yang di kehendaki.
Setrategi ini bentuk dasarnya ada 2 : kondisioning klasik dan operan.
Kondisioning
Klasik
Kondisioning
klasik disebut juga kondisioning responden karena tingkah laku dipelajari
dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang bersifat reflex bawaan.
Penelitian mengenai kondisioning klasik pertama-tama dialkukan oleh ivan Pavlov.
Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu dioprasikan berpasangan dengan
stimulus lain pada saat yang sama unutk memunculkan respon refleks. Pavlov
melakukan penelitian pada seekor anjing, dilakukan oprasi kecil dilehernya,
untuk memotong saluran air liur dan di sambung ke pipa yang di sambungkan
keluar, dengan maksud peneliti dapat meneliti air liur yang di keluarkan
anjing. Kedalam mulut anjing di berikan daging ( stimulus )dan secara refleks
anjing akan mengeluarkan air liur. Lalu bersamaan dengan daging dibunyikan bel
kemudian dan sesudah percobaan dilakukan berulang-ulang. Membunyikan bel tanpa
diberi daging direspon dengan mengeluarkan air liur. Terjadi proses
kondisioning antara proses stimulus kondisi dengan respon asl, yang sekarang
menjadi respon kondisi.
Diagram
Kondisioning Klasik pada Anjing ( Pavlov )
Daging
disini untuk memperkuat keluarnya air liur manakala berbunyi bel, sehingga
disebut penguat positif, yakni setimulus atau penguat yang kehadirannya
meningkatkan peluang terjadinya respon yang di kehendaki. Kalau dalam operasi
itu dihentikan pemberian daging dan hanya dibunyikan belsaja secara
berkelanjutan sehingga air liur tidak akan keluar lagi karena hubungannya
semakin lemah sehingga ini disebut dengan pemadaman, yang menunjukan perlunya
penguatan.
Kondisioning
Operan
Kondisioning
operan pertama dikenalkan oleh E.L Thordik. Reinforser tidak diasosiasikan
dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi di asosiasikan dengan respon karena
respon itu sendiri beroprasi member reinformen. Sekinner menyebut itu sebagai
tingkah laku operan.
Tingkah
laku responden adalah tingkahlaku otomatis atau refleks, yang dalam
kondisioning klasik respon itu diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi yang
lain dengan situasi aslinya. Tingkah laku operan mungkin belum pernah dimiliki
individu, tetapi ketika orang melkukannya dia mendapat hadiah. Respons operan
itu mendapat reinforsemen, sehingga berpeluang untuk lebih sering terjadi (agar
mendapat reinforsemen yang diinginkan). Kondisioning operan tidak tergantung
kepada tingkah laku otomatis atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel
dibanding kondisioning klasik.
Penelitian
kondisioning operan dilakukan Skinner dengan objek burung merpati. Seekor
merpati lapar dimasukkan ke dalam kotak Skinner (Skinner box): kotak yang kecil yang kedap, memisahkan merpati dari
lingkungan normal dan memungkinkan peneliti mengontrol seluruh veariasi
lingkungan, mengontrol dan mencatat event stimulu dan respon yang terjadi.
Merpati lapar itu dihadapkan dengan stimulus dinding kotak yang salah satu
sisinya ada bintik yang dapat mengeluarkan cahaya merah. Setiap kali merpati
mematuk bintik itu, keluar makanan dari lobang di bawah bintik itu.
Untuk
membuat merpati mematuk cahaya merah, peneliti perlu membentuk tingkah laku itu
karena mematuk cahaya bukan dari tingkah laku normal merpati. Karena itu
Skinner mulai dengan memperkuat tingkah laku yang semakin mendekati mematuk
cahaya; pertama merpati dilatih makan dari lubang makanan, dan kemudian makanan
hanya diberikan kalau merpati berdiri didekat bintik cahaya, dan akhirnya
makanan segera diberikan kalau merpati itu mematuk cahaya itu. Sejak itu,
merpati semakin sering mematuk cahaya, karena patukan akan mendapatkan hadiah
atau reinforsemen makanan.
Mengajar
merpati memiliki repertoir tingkah laku baru – mematuk cahaya merah – untuk
mendapat makanan, dinamakan pembentukan (shaping)
tingkah laku. Teknik yang dipakai dinamakan pendekatan berangsur (seccessive approximation). Tingkah laku
yang sudah dimiliki juga dapat dihilangkan atau dipadamkan (extinction). Umumnya eksistensi
dikenakan terhadap tingkah laku yang tidak dikehendaki. Cara yang paling
efektif untuk melakukan eksistensi adalah dengan menghilangkan penguat tingkah
laku yang tidak dikehendaki dengan mengondisikan tingkah laku baru (yang
dikehendaki) memakai penguat positif. Repertoir tingkah laku juga dapat
dihilangkan dengan memberi hukuman. Ibu memukul (hukuman) anaknya yang membuang
pakaiannya sembarangan ke lantai. Mungkin anak itu akan meninggalkan tingkah
laku yang tidak dikehendaki itu, tetapi hukuman itu dapat menimbulkan efek
samping: misalnya anak itu menghindar dari ibunya setiap pulang sekolah.
Kodisioning pada
Manusia : Kasus Little Albert
Penelitian
yang dilakukan oleh J.B. Watson dan isterinya Rosalie Rayner Watson, dapat
dipakai sebagai contoh bagaimana strategi kondisioning Pavlov kalau diterapkan
pada manusia (kasus ini menjadi menarik, karena penelitian semacam hampir tidak
mungkin dilaksanakan kembali tanpa resiko dihujat sebagai pelanggaran moral dan
hak asasi manusia).
Albert
(namaamaran yang diberikan Watson) diasuh sejak bayi di rumah sakit anak-anak
dimana ibunya bekerja sebagai perawat. Anak yang “pendiam dan tidak emosional”
itu menjadi subjek eksperimen Watson sejak usia 9 bulan sampai 1 tahun. Tujuan
eksperimen adalah untuk menunjukkan bahwa respon emosional yang kompleks
(eksperimen Albert memusatkan perhatian kepada perasaan takut) dikembangkan
organisme mengikuti prinsip kondisioning dari Pavlov.
Diagram
Kondisioning Instrumental Pada Merpati ( Sekinner )
Di
usia 9 hulan, Albert didudukkan di kursi makan anak-anak, dan Watson
berturut-turut menunjukkan kepada anak itu tikus putih, kelinci, anjing, kera,
topeng gundul dan topeng gimbal, gulungan benang wol, dan koran yang terbakar.
Secara umum Albert yang belum memiliki pengalaman dengan stimuli-stimuli itu,
mereaksi dengan perasaan ingin tahu dan ingin
menyentuh objek. Menurut Watson, itu adalah bukti bahwa Albert tidak
takut dan “tidak menangis”.
Ketika
Albert berusia 11 bulan 3 hari, Watson memulai penelitian kondisioningnya. Dari
hasil penelitian yang lalu, ditemukan bahwa suara yang keras dan mendadak
misalnya suara batang besi yang dipukul keras-keras akan menimbulkan reaksi
takut yang tajam pada hampir semua bayi. Penelitian Pavlov dikenakan kepada
Albert: seekor tikus putih didekatkan kepada Albert, dan dia menjulurkan tangan
kirinya untuk meraih tiku itu. Pas ketika tangannya menyentuh tikus, dibunyikan
dentang batang besi dipukul palu dibelakang kepalanya. Bayi itu meloncat dengan
keras sampai jatuh dari kursi dan menyembunyikan mukanya di karpet, walaupun
dia tidak menangis. Percobaan dilakukan sekali lagi, sesudah itu setelah satu
minggu Albert tidak dikenai tritmen apapun. Sesudah satu minggu, ditunjukkan tikus
putih kepada Albert, didekatkan berangsur-angsur tanpa dibarengi suara dentang
keras. Dia tidak menangis, tetapi menarik tangannya. Kemudian percobaan
menunjukkan tikus dibarengi suara dentang itu dilakukan beberapa kali, sampai
akhirnya Albert menjadi menangis, menarik tubuhnya menjauh dari tikus, dan
menutup mukanya sambil terisak. Berikutnya menunjukkan tikus saja (tanpa suara
keras) sudah cukup membuat Albert ketakutan.
Satu
minggu kemudian kepada Albert ditunjukkan berbagai objek baru seperti kelinci
putih, anjing, gulungan benang wol putih, bahkan Watson juga memakai rambut
putihnya yang diturunkannya dihadapan wajah Albert. Secara umum ternyata Albert
menggeneralisir respon takut dan menarik diri kepada semua stimuli itu, karena
semua mempunyai persamaan dengan tikus putih. Ada perbedaan tingkat reaksi
takut, anjing misalnya hanya sedikit memberi rasa takut,. Namun kesimpulan
penelitian ini sangat jelas; Albert mempelajari respon emosi takut sebagai
reaksi generalisasi dari kondisioning klasik.
Watson
dan Reyner mencatat secara teliti reaksi Albert, memperlama istirahat antar
sesi penelitian. Pada usia 1 tahun 21 hari, yang berarti tenggang dengan sesi
terakhir lamanya 31 hari, Watson dan Reyner menunjukkan kepada Albert topeng
Santa Claus, mantel bulu, dan tikus putih. Rasa takut sudah berkurang tetapi
reaksi takut dan menarik diri masih terdeteksi. Watson juga mencatat Albert
cenderung melkukan “kompensasi penghambat” (compensatory
blocking) dengan mengisap ibu jarinya sepanjang masa perlakuan yang sangat
menekan. Albert berhasil menghambat ekspresi rasa takutnya dengan menghisap ibu
jarinya, sampai-sampai Watson memaksa menarik ibu jari itu dari mulut Albert
untuk memperoleh respon takut yang dikondisikan. Dari penelitian ini, Watson
menyimpulkan dua hal, yaitu:
a.
Freud salah mengenai dorongan seks
sebagai motif primer. Menurut Watson, kedudukan seks sama dengan takut dalam
pembentukan kepribadian, sama-sama diperoleh daro kondisioning.
b.
Gangguan fobia (ketakuatan yang sangat
dan irasional mengenai objek – tempat - orang), dapat dijelaskan melalui
prinsip-prinsip kondisioning, tanpa menyentuh jargon ketidaksadaran asosiasi,
keinginan atau konflik. Ketakuatn Albert terhadap barng yang putih dan lembut,
dapat dijelaskan dengan mudah kalau riwayat belajarnya diketahui.
Pengaturan Penguatan
(Schedules Reinforcement)
Reinforsemen
bisa bersifat positif, bisa negatif. Penguat positif adalah peristiwa atau
sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi –
terjadi lagi. Sebagai suatu stimulus, penguat positif disenangi sehingga
organisme berusaha agar stimulus itu muncul. Sebaliknya, penguat negatif adalah
peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki, peluang
tingkah laku itu untuk diulang lebih kecil. Sebagai suatu stimulus, penguat
negatif tidak disenangi sehingga organisme berusaha menghindar atau membuat
stimulus itu tidak timbul.
Hadiah
atau hukuman tidak selalu identik dengan reinforemen positif atau negatif.
Hadiah adalah akibat dari tingkah laku, sedangkan reinforsemen positif adalah
peristiwa yang menyebabkan tingkah laku (yang mendapat reinforsemen) bakal
terjadi lagi. Hadiah bisa menyebabkan yingkah laku yang dihadiahi itu lebih
sering terjadi, dalam hal ini hadiah juga berperan sebagai reinfoesemen
positif. Misalnya, anak yang berhasil menjadi juara melukis mendapat hadiah
seperangkat cat minyak, yang membuatnya lebih giat berlatih melukis. Kalau
hadiah yang diberikan tidak memberi dmapak apapun terhadap tingkah laku
melukis, itu bukan reinforsemen. Kalau hadiah yang diberikan tidak memberi
dampak apapunterhadap tingkah laku melukis, itu bukan reinforsemen. Bisa
terjadi, hadiah dalam wujud permainan elektronik (play-station) malahan membuat anak lupa waktu dan tidak lagi
tertarik untuk mengasah kemampuan melukisnya, itu berarti hadiah menjadi
penguat negatif.
Dalam
memanipulasi tingkah laku, yang penting bukan hanya wujud dari reinforsemennya
tetapi juga bagaimana pengaturan pemberiannya. Reinforsemen yang diadministrasi
dengan cermat memungkinkan kita untuk membentuk tingkah laku. Skedul pemberian
penguatan disarikan pada tabel 18.
1.
Penguatan berkelanjutan (continous reinforcement): setiap kali
muncul tingkah laku yang dikehendaki diberikan reinforsemen. Kalau reinforsemen
dihentikan,tingkah laku yang dikehendaki itu dengan cepat mengalami ekstinsi
dan hilang. Pemberian penguat dapat diatur, tidak kontinyu tetapi
selang-seling, berselang berdasarkan waktu (interval)
atau berdasarkan perbandingan (ratio).
2.
Interval tetap (fixed interval) adalah pemberian reinforsemen berselang teratur,
misalnya setiap 5 menit. Patuka pada menit yang kelima baru mendapat makanan.
Akibatnya, merpati lama-lama enggan mematuk sesudah mendapat makanan, dan baru
mematuk sesudah mendekati waktu 5 menit.
3.
Interval berubah (variable interval), memberi reinforsemen dalam waktu yang tidak
tentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikan sama dengan
pengaturan tetap. Misalnya, pemberian berselang 3, 4, 5, 6, dan 7 menit
berselang-seling secara acak, dengan rata-rata selang 5 menit. Pemdaman pada
interval berubah lebih lambat dibanding pada interval tetap.
4.
Perbandingan tetap (fixed ratio), mengatur pemberian reinforsemen sesudah respon yang
dihendaki muncul yang kesekian kalinya. Merpati mendapat makanan pada (usaha)
patukan yang kesepuluh, atau ke duabelas, dan seterusnya.
5.
Perbanding berubah (varible ratio), memberikan reinforsemen secara acak sesudah 8, 9,
10, 11, 12, kali patukan, dengan rata-rata sama dengan fixed ratio. Ekstinsi
pada rasio, terutama rasio variabel paling lambat terjadi.
Penting
untuk dicatat bahwa tingkah laku yang tiak dikehendaki dapat diperkuat tanpa
sengaja: kuncinya pada kesatuan atau keterdekatan reinforsemen dan bukan pada
maksed pemberi reinforsemen. Misalnya, siswa taman kanak-kanak yang setiap kali
gurtunya datang dia menangis dan baru diam kalau gurunya memeluknya dengan
kasih sayang. Tanpa sengaja guru itu memperkuat (dalam bentuk pelukan kasih
sayang) anak untuk menangis setiap dia datang. Masalahnya bukan tingkah laku
memeluk, tetapi waktunya tidak tepat.
Skedul Reinforsemen
|
Reinforsemen
yang langsung bisa dinikmati untuk memenuhi kebutuhan, disebut penguat primer (primary reinforcer atau unconditioned reinforcer), misalnya
makanan dan minuman. Umumnya mengkondisi respon dengan reinforser makanan atau
minuman semacam itu mudah dilakukan. Namun menurut Skinner hanya sedikit
tingkah laku manusia yang berhubungan dengan reinforser makanan dan minuman,
umumnya tingkah laku manusia berhubungan dengan penguat sekunder (secondary reinforer atau conditioned reinforcer), seperti uang
dan kehormatan.
Perkuatan
bersyarat (contingency reinforement):
strategi ini dikembangkan oleh Premack, D., sehingga dikenal dengan nama
Premack Principle, yakni mengatur agar tingkah laku yang tidak menyenangkan
dipakai sebagai syarat agar anak boleh mengerjakan tingkah laku yang
menyenangkan. “kerjaan dulu pekerjaan rumahmu, baru nonton televisi”. Strategi
ini sangat efektif, terutaa kalau perhatian anak sangat terfokus pada kegiatan tertentu, karena kegiatan itu
dapat menjadi reinforsemen yang kuat.
Generalisasi dan
Diskriminasi
Generalisasi
stimulus (stimulus generalization)
adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang
semestinya menimbulkan respon itu. Sedang diskriminasi stimulus (stimulus discrimination) adalah kemampuan
untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon, walaupun
mirip dengan stimulus yang diberi penguat. Generalisasi dan diskriminasi sangat
penting sebagai sarana belajar, karena kalau keduanya tidak ada, orang tidak
dapat belajar sama sekali. Kita selalu belajar ari permulaan, dan kita terus
menerus akan belajar tingkah laku baru kalau tidak ada generalisasi, kerana
tidak ada orang yang dapat berada dalam situasi yang sama persis dan melakukan
respon yang sama persis pula. Sebaliknya kalau kita tidak dapat mendiskriminasi
situasi, kita akan membuat respon yang sama terhadap situasi respon yang
berbeda, sehingga tingkah laku kita menjadi kacau.
Tingkah Laku Kontrol
Diri
Prinsip
dasar pendekatan Skinner adalah: tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh
variabel eksternal. Tidak ada sesuatu didalam diri manusia, tidak ada bentuk
kegiatan internal, yang mempengaruhi tingkah laku. Namun, betapapun kuatnya
stimulus dan penguat eksternal, manusia masih dapat mengubahnya memakai proses
kontrol diri (self-control).
Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam “self ”, tetapi
bagaiman self mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku.
Tingkah laku tetap ditentukan oleh variabel luar, namun dengan berbagai cara
kontrol diri berikut, pengaruh variabel itu dapat diperbaiki – diatur atau
dikontrol:
a. Memindah / Menghindar (Removing / Avoiding)
Menghindar
dari situasi pengaruh, atau menjauhkan situasi pengaruh sehingga tidak lagi
diterima sebagai stimulus. Pengaruh teman sebaya yang jahat dihilangkan dengan
menghindar atau menjauh dari pergaulan dengan mereka. Orang yang diet, membuang
semua manisan sehingga tidak merangsang dirinya (untuk menyantapnya).
b.
Penjenuhan (Satiation)
Membuat
diri jenuh dengan suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia
melakukannya. Seorang perokok menghisap rokok secara terus menerus secara
berlebihan, sampai akhirnya menjadi jenuh, sigaret dan pematik api tidak lagi
merangsangnya untuk menghisap rokok.
c.
Stimuli Yang Tidak Disukai (Aversive Stimuli)
Menciptakan
stimulus yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan bersamaan dengan stimulus
yang ingin dikontrol. Pemabuk yang ingin menghindari alkohol atau orang yang
melakukan diet, mengumumkan keinginannya kepada teman disekitarnya. Setiap kali
dia minum alkohol (atau ngemil) dia akan menanggung resiko dikritik lingkungan
dan malu karena kegagalannya.
d.
Memperkuat Diri (Reinforce Oneself)
Memberi
reinforsemen kepada diri sendiri, terhadap “prestasi”dirinya. Janji untuk
membeli celana baru atau nonton film (dengan uang tabungan sendiri) kalau
ternyata dapat belajar dan berprestasi. Kebalikan dari memperkuat diri adalah
menghukum diri (self punishment) bisa
berujud mengunci diri dalam kamar samapai memukulkan kepala ke dinding berulang
kali.
Tingkahlaku Takhayul (
Superstitious Behavior )
Suatu
respon dapat berhubungan dengan penguatnya secara kebetulan tanpa menunjukkan
hubungan sebab akibat yang jelas. Walaupun respon itu tidak nyata-nyata
menghasilkan reinforsemen yang dimaksud, ternyata hubungannya sangat kuat.
Tingkahlaku seperti ini disebut superstitious behavior. Misalnya pada
eksperimen merpati bisa terjadi merpati itu berputar ke tengah kotak sebelum
mematuk cahaya. Kalau tingkahlaku itu mendapat penguatan, bisa jadi merpati itu
menganggap tingkahlaku berputar di tengah kotak menjadi syarat agar mematuk
cahaya bisa mendapat makanan. Tingkahlaku takhayul banyak ditemui pada
masyarakat primitif, tetapi ada juga ada pada masyarakat modern.Penduduk
primitif menari untuk meminta hujan ( mereka percaya ritual menari mendatangkan
hhujan, dan ternyata kebetulan sesekali terjadi hujan sesudah upacara menari ).
Atlet tenis bersikeras memakai raket yang membuatnya menang, atau artis yang
selalu memakai kaus kaki tua karena kaus kaki itu dianggapnya membawa
keberuntungan.
F. Perkembangan Kepribadian
Konsep
perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri,
transedensi dan unitas kepribadian tidak diterima skinner. Memang ada kemasan
fisik, yang membuat prang menjadi
berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam
merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang sifatnya universal sesungguhnya
memungkinkan penyusunan periodisasi perkembangan kepribadian, namun tidak
dilakukan skinner karena dia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam
membentuk tingkah laku. Adolesen menjadi berminat mengenai seksualitas bukan
karena perkembangan kepribadiannya sampai pada tahap kemasakan insting seks
yang meruah, tetapi karena kemasakan organ seks membuat adolesen peka dengan
stimulasi seksual, lingkungan, dan lingkungan sosial memberi kesempatan
kepadanya untuk menerima stimlus seks sebanyak-banyaknya.
Peran lingkungan yang
dominan dalam perkembangan organisme, digambarkan secara ekstrim oleh Watson
sebagai pakar behavioris :
Tingkah Laku Sosial
Menurut
Skinner, prinsip yang menentukan peerkembangan tingksh lsku di lingkungan objek
inanimate dan lingkungan sosial, sama saja. Individu berinteraksi dengan
lingkungannya, menerima reinforsement positif atau negatis dari tingkah lakunya. Respon sosial dan penguatnya
terkadang sukar diidentifikasi dibanding yang
nonsosial, tetapi prinsipnya hukum dasar tingkahlaku berlaku sama untuk
kedua kasus itu. Tingkah laku sosial tidak dibahas dari ciri kepribadian atau
cara khas seseorang bertingkah laku. Bagi Skinner, gambaran ciri kepribadian
itu dapat diterjemahkan dalam sekelompok respon spesifik yanh cenderung
diasosiasikan dengan situasi tertentu.
Ketuaan
Menjadi
tua menimbukkan perubahan tingkah laku, tetapi menurut Skinner bukan
berkembang, karena perkembangan adalah mengungkap struktur laten, menyadari
potensi dalam, atau menjadi lebih efektif, sedang menjadi tua biasanya
berkembang menjadi kurang efektif. Peribahan biologik akibat ketuaan tidak
dapat ditolak, sehingga yang diperlukan adalah mengkompensasinya agar tingkah
lakumya lebih efisien. Menurut Skinner usia tua bukan kekurangan motivasi
tetapi kekurangan reinforsemen karena lingkungan yang berubah.
G. APLIKASI
Tingkahlaku Abnormal
Skinner
berpendapat bahwa tingkahlaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama
dengan perkembangan tingkah laku normal. Karena itu menurutnya tingkah laku abnormal dapat
diganti dengan tingkah laku normal dengan cara sederhana, yakni dengan
memanipulasi lingkungan. Konsep impuls id yang tertekan, inferiority complexes,
anxiety, ego defence, krisis identitas, konflik ego-superego, adalah penjelasan
yang menghayal. Krisi tingkah laku itu adalah kegagalan belajar membuat
seperangkat respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :
1.
Kekurangan tingkah laku ( behavior deficit
), tidak memiliki repertoir respon yang dikehendaki karena miskin reinforsemen.
2.
Kesalahan penguatan ( schedule
reinforcement error ), pilihan responnya tepat, tetapi reinforsement diterima
secara tidakbenar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak
dikehendaki.
3.
Kesalahan memahami stimulus ( failure in
discriminating stimulus ), sering terjadi pada penderita skizoprenik dan
psikotik. Lainnya, yakni orang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada
stimulus, sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan yang
salah malahan dihubungkan dengan reinforsemen. Akibatnya akan terjadi
pembentukan tingkahlaku yang tidak dikehendaki.
4.
Merespon secara salah ( inapropiate set
of response ), terkai dengan ketidakmampuan mengenali penanda spesifik suatu
stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon yang salah karena justru
respon itu yang mendapat reinforsemen.
Dapat
disimpulkan bahwa tingkah laku abnormal harus difahami melalui sejarah
reinforsemen yang diterima seseorang. Tingkah laku abnormal itu dapat diganti
dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi reinforsemen lingkungan,
mengikuti kondisioning operan dan kondisioning responden.
Modifikasi Tingkahlaku
Banyak
pakar psikologi kepribadian yang menganggap teori behaviorisme sudah menjadi
masa lalu, dan akan semakin mengalami ekstinsi. Pendapat itu bisa benar juga
bisa salah, namun dalam ranah bterapi, behaviorisme masih tetapiu berkembang
luas dalam bentuk modifikasi tingkah laku ( behavior modification ). B-mod
(sebutan utnuk behavior modification ) adalah senjata stratego untuk mengubah
tingksh lsku bermasslah. Akhir – akhir ini muncul publikasi dictionary of
Behavior Therapy Techniques yang memuat 158 prosedur. Teknik-teknik modifikasi itu dipakai oleh beberapa pakar
behaviorisme dengan beberapa spesifikasi. Beberapa teknik berikut dikemukanan
oleh Skinner, tetapi mungkin juga dikembangkan dari ide para pakar lain, atau
dsi sempurnakan oleh pakar lain.
Pembanjiran
Membanjiri
klien dengan situasi atau penyebab yang menimbulkan kecemasan atau tingkah laku
yang tidak dikehendski, bertahan disana sampai yang bersangkutan menyadari
bahwa malapetaka yang dicemaskannya tidak terjadi.
Terapi aversi
Pada
kontrol diri, aversi ini dilakukan oleh individu sendiri, sedang pada terapi
aversi pengaturan kondisi aversi diciptakan oleh terapis,
Pemberian
hadiah/hukumanb secara selektif
Strategi
terapi ini untuk memperbaiki tingklahlaku anak dengan melibatkan figur
sekeliling anak itu sehri-hari,
khususnya orang tua dan guru.
Latihan keterampilan
sosial
Banyak
dipakai untuk membantu penderita depresi. Teori depresi yang popuker memandang depresi sebagai akibat
dari perasaan tidak mendapat hadiah ( perhaian ) yang memadai dari lingkungan,
mungkin karena tidak memiliki keterampilan untuk memperoleshnya.
Kartu Berharga
Teknik
yang didasarkan pada prinsip kondisioning operan, didesain untuk mengubah
tingkah laku klien. Intervensi ini bisa dipakai untuk mendidik anak di rumah
dan di skeolah, khususnya untuk anak yang lambat belajar, autistik dan
delinkuen.
Efek Obat-obatan
terhadap Tingkah laku
Skinner
box merupakan alat isolasi yang efisen, sehingga alat ini pas untuk meneliti
pengaruh farmakologi terhadap tingkah laku.
Gambaran efek obat itu sangat kompleks karena efeknya berbeda pada
tingkah laku dosis yang berlainan. Pada dosis yang ringan efeknya justru
meningkatkan respon.
H. EVALUASI
Karya
Skinner berbeda dengan norma dan riset psikologi kontemporer. Pertama, Skinner
memusatkan perhatiannya pada event tingkah laku yang sederhana, kedua, dia
menghendaki kondisi eksperimental dapat dikontrol dan respon subyek dicatat
secara otomatis. Ketiga, dia berusaha meneliti secara intensif satu subyek
individual alih-alih meneliti sekelompok subyek. Penelitian terhadap sejumlah
besar subyek tidak terlalu peduli dengan variabel tak terkontrol, sepanjang
variabel itu terdistribusi secara random. Bagi skinner, seperti variabel
lainnya variabel tak terkontrol harus diteliti dengan cermat.
B.F. Skinner dengan
pandangannya yang radikal, banyak salah dimengerti dan mendapat kritik yang
tidak proporsional. Berbagi
ide-fikirannya dikembangkan orang dalam bentuk yang lebih halus ternyata
diterima luas.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Skinner sebagai
pelopor behaviorisme menolak semua teori kepribadian. Menurutnya, psikologi
belum siap ( belum memiliki data factual yang cukup ) untuk membangun teroti
kepribadian yang mencakup segala hal
Skinner menolak
analisis kehidupan internal semacam insting - motif – drives – aktualisasi
diri - superiorita – keamanan, dan secara
ekstrim berpendapat psikologi harus membatasi diri hanya menangani data yang
dapat di observasi.
Skinner tidak
tertarik dengan perbedaan individual seperti trait, life style, ego, dan self. Menurutnya, ilmu psikologi harus menemukan hukum umum dari
tingkah laku, hubungan empirik antara stimulus dengan respon.
Pakar psikologi
kepribadian mengembangkan teorinya berdasarkan analisis terhadap orang abnormal
( Freud dkk ), atau terhadap orang normal ( Rogers ), atau terhadap orang yang
super normal ( Maslaw ) sedangkan sekinner menggunakan hewan ( tikus dan merpati ) sebagai objek
amatannya.
B.
Saran
Demikianlah makalah
berjudul “ Skinner ” ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. kami
juga menyadari, masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Sehingga perlulah bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang
membantu supaya makalah ini mendekati lebih baik. Atas perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Psikologi
Kepribadian, Alwisol
Ø Theories
of Personality
Tidak ada komentar:
Posting Komentar