BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Asupan gula
berlebih bisa mengganggu proses belajar anak karena adanya gangguan konsentrasi
di otak, ujar dokter spesialis anak endokrin dari FKUI, Dr. Aman Pulungan,
Sp.A(K), pada jumpa pers di Jakarta, Rabu.
"Kadar glukosa darah terlalu
tinggi atau terlalu rendah dapat mengganggu proses belajar dan memori yang
berhubungan dengan konsentrasi anak. Bahkan bila berlangsung berkepanjangan,
dapat merusak jaringan otak," papar Aman.
Pada kesempatan yang sama, dokter
spesialis jiwa anak, Dr. Tjhin Wiguna Sp. KJ(K), mengatakan bahwa asupan gula
yang berlebihan juga bisa mengakibatkan perubahan pada perilaku dan keadaan
emosional anak.
"Asupan gula berlebih bisa
membuat anak menjadi lebih aktif dalam waktu singkat, apalagi pada anak usia
pra sekolah," kata Tjhin. Tjhin juga
menambahkan bahwa perilaku aktif dan agresif tersebut akan menurunkan kualitas
belajar anak. "Gula dengan cepat akan meningkatkan energi anak karena
kadar glukosa dalam darah yang meningkat tinggi," ujar Tjhin.
Padahal, seiring dengan meningkatnya
glukosa dalam darah secara drastis, maka insulin juga akan meningkatkan
produksi untuk memecah glukosa tersebut.Insulin yang cenderung tinggi justru
akan membuat anak menjadi lebih mudah lelah. "Yang terbaik adalah anak mengkonsumsi makanan
dengan protein tinggi dan rendah karbohidrat sebelum melakukan pekerjaan rumit
yang membutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan," kata Tjhin.
B. Rumusan Masalah
Yang saya bahas dimakalah adalah apakah benar asupan gula
berlebih mengganggu proses belajar, gula yang ideal untuk anak berapa?
BAB II
Landasan Teori
Behaviorisme
Rumpun teori ini disebut behaviorme
karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati
dan diukur. Teori-teori dalam dalam rumpun ini bersifat molekular, karena
memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur tersebut seperti halnya
molekul-molekul. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini yaitu: (1)
mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil; (2) bersifat mekanistis; (3)
menekankan pada peranan lingkungan; (4) mementingkan pembentukan reaksi atau
respon; dan (5) menekankan pentingnya latihan (Sukmadinata, 2003:168).
Teori Cognitive Gestalt-Field
Teori belajar Gestalt (Gestal
Theory) lahir di Jerman pada tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan
oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem
solving, dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghapal di
sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hapalan
akademis.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Setiap
definisi belajar berbeda menurut teori yang dianut. Secara tradisional, belajar
dianggap sebagai pengetahuan. Disini yang diutamakan adalah aspek intelektual
saja. Siswa diminta agar mempelajari berbagai mata pelajaran yang memberinya
berbagai macam pengetahua yang menjadi miliknya dan kebanyakan dengan cara
menghapal. Hilgard and Bower dikutip dari Sanjaya (2000) mengatakan bahwa, ”Learning
is the process, by which an activity originates or is changed through training
procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as
distinguishes from changes by factors not attributable to training”. Bagi
Hilgrad dan Bower, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan dan
prosedur latihan baik di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan. Belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabakan munculnya
perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan yang disadarinya.
Definisi
belajar diatas mungkin masih menekankan pada pelatihan dan penghapalan, sehingga
masih memerlukan penjelasan lebih dalam mengenai definisi belajar. Cronbach
(1954) dikutip dari Baharudin dan Wahyuni (2007) mengatakan bahwa belajar
ditunjukan dengan peubahan tingkah laku melalui pengalama. Hal ini sesuai
dengan pendapat Spears (1955) dikutip juga dari Baharudin dan Wahyuni (2007)
yang menyatakan bahwa,” Learning is to observe, to read, to imitate,
to try something themselves, to listen to follow directions”.
Berdasarkan
definisi diatas, sepertinya para ahli menyatakan bahwa belajar lebih menekankan
pada pengalaman dan latihan sebagai mediasi bagi kegiatan belajar. Woolfolk
(1995) juga menyatakan bahawa,” Learning occurs when experience causes a
relatively permanent change in an individual’s knowledge or behavior”.
Dari
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar itu ditandai adanya perubahan
tingkah laku. Ini berarti,bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari
tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi
tidak tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tampa mengamati tingkah laku
hasil belajar, kita tidak dapat menegtahui ada tidaknya hasil belajar.
Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial dan
perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
B. Proses Belajar
Proses
belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf indivdu
yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara
mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat
diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan
sebelummnya . Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif,
maupun psikomioriknya. Dimyadi dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan siswa adalah
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya
pencapain tujuan pendidikan amat tergantung dari proses belajar dan mengajar
yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di
lingkungan keluarganya sendiri. Menurut Gagne (1984) belajar sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Jerome S.
Bruner (1960) seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Bruner
tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya
ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasika
informasi secara efektif, ialah menurut Bruner inti dari belajar. Menurutnya
dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu: (1) informasi,
dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah
pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya ada
pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya,
mislnya ada energi yang lenyap; (2) transformasi, informasi itu harus
dianalisis, diubah atau ditransformasikan kedalam yang lebih abstrak, atau
konseprual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini
bantuan guru sangat diperlukan; dan (3) Evaluasi kemudian kita nilai hingga
manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses
belajar ketiga episode ini selalau ada, yang menjadi masalah ialah berapa
banyak informasi diperlukan agar dapat ditrasformasi. Lama tiap episode tidak
selalu sama, hal ini antara lain tergantung pada hasil yang diharapkan,
motivasi murid belajar, minat, keinginan untul mengetahui, dan dorongan untuk
menemukan sendiri.
Belajar
adalah proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut Robert M. Gagne (1970)
belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas,
timbulnya kapabilitas disebabkan; (1) stimulusi yang berasal dari lingkungan;
dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian dapat
ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulai ligkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas
baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat dipelihatkan, anak-anak
demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang telah pernah
didengar atau dipelajari
Gagne (1970)
mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.
Gagne
berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar
diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses
belajar menurut Gagne dapat di gambarkan sebagai (S) stimulus——– (R) respons. S
yaitu situasi yang memberi stimulus, sedangkan R adalah respons dan garis
diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri
seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem syaraf
dimana terjadi transformasi perangsang yang dierima melalui alat dria. Stimulus
itu merupakan input yang berada diluar individu, sedangkan respons adalah
outputnya, yang juga berada diluar individu sebagai hasil belajar yang dapat
diamati (Nasution, 2000:136)
Ada tiga
komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam
acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaa internal da
proses kognitif siswa dan hasil belajar yang menggambarkan informal verbal,
keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kondisi
internal belajar ini berinteraksi dengan kondisi eksternal belajar, dari
interaksi tersebut tampaklah hasil belajar.
C. Gula tambahan
Gula tambahan,menurut DR.Dr.Fiastuti
Witjaksono,Sp.GK,MS,MSc merupakan gula yang ditambahkan kedalam makanan atau
minuman pada saat produksi,pemasakan,atau di tambahkan oleh konsumen
sendiri.Selain memberikan rasa manis,gula juga akan menambah massa dan tekstur
makanan.”Gula merupakan karbohidrat sederhana yang hanya mengandung energi atau
kalori,tidak mengandung zat gizi lain,”ujar ahli gizi dari Departement ilmu
gizi FKUI-RSCM ini.
Disamping gula tambahan,juga terdapat gula alami yang terkandung dalam makanan yang belum di
proses,misalnya gula susu (laktosa ) dan gula buah (fruktosa). Gula tambahan
yang sering tercantum pada label makanan,menurut data dietary guidelines for
americans meliputi Glucose,fructose,fruit juice
concentrate,honey,lactose,brown sugar,cane sugar,corn sweetener,corn syrup,high
fructose corn syrup,malt syrup,syrup,crystalline fructose,dextrose,evaporated
cane juice,maltose,molasses,sucrose,raw sugar,and sugar.
Gula tambahan itu juga terdapat juga pada sebagian besar
jajanan anak seperti kue,permen,muffin,donat,selai,cokelat,es krim,minuman
ringan,juga jus buah dan susu pertumbuhan.”Kebanyakan makanan olahan diberi gula
tambahan,dan sumbangannya besar sekali pada penumpukan kalori di tubuh
anak-anak,”Ujar Cyntia Odgen,ahli epidemiologi dari National Center for Health
Statistics,yang merupakan bagian dari Centers of disease control and prevention
di Amerika Serikat. Odgen telah melakukan analisis dan menyatakan anak-anak
sekarang mengonsumsi gula jauh lebih banyak dari yang seharusnya.
Asupan gula yang disarankan WHO,tak lebih dari 10 persen
energi total. Jadi untuk anak usia 1-3 tahun dengan AKG(Angka kecukupan Gizi) 1000
kalori,konsumsi gula hanya 25 gram atau 5 sendok teh perhari. Usia 4-6 tahun
dengan AKG 1.550 kalori,konsumsi gula cukup 38,75 gr atau 7,7 sendok teh
perhari.
Kadar
gula tambahan pada jajanan anak :
- 1 Buah donat = 5 sendok teh gula
- 3 Buah biskuit coklat=2 sdt gula
- 30 gr biskuit cokelat=2,5 sdt gula
- 50 gr permen gum=7 sdt gula
- 75 gr jeli=4 sdt
- 1 Skup es krim=4 sdt
- 1 kaleng soda=7 sdt
- 1 cangkir minuman cokelat=3 sdt
D. Bahaya Gula
Gula
yang sehari-hari kita kenal adalah gula dalam bentuk sukrosa, yaitu gula pasir
putih yang diproses secara industri dari air tebu atau bit. Sukrosa tidak bisa
digolongkan dalam makanan bergizi karena selama proses pengolahannya, seluruh
kandungan vitamin, mineral, protein, serat, air dan zat-zat pendukung penting
lainnya telah dibuang. Struktur kimiawi sukrosa tidak terdapat di alam dan
karenanya tidak cocok untuk sistem tubuh manusia.
Ketika
dikonsumsi, gula jenis ini akan dengan cepat meningkatkan kadar gula dalam
darah sehingga merangsang pankreas mengeluarkan insulin (hormon yang bertugas
mengendalikan kadar gula darah) untuk menyeimbangkannya kembali. Fluktuasi yang
cepat kadar gula darah seperti itu bukanlah hal yang sehat karena menimbulkan
stres pada tubuh. Selain dalam bentuk gula pasir sebagai penyeduh kopi dan teh,
waspada gula yang tersembunyi dalam berbagai makanan dan minuman manis seperti
cake, donat, pie, permen, pastry, aneka kue kering, biskuit, se krim , milk
shake hingga aneka minuman ringan olahan gula (soft drink).
Berbeda
dengan gula-gula lain seperti fruktosa pada buah-buahan dan madu, laktosa pada
susu dan maltosa pada biji-bijian termasuk zat alami yang memiliki nilai gizi.
Sedangkan gula mentah (raw sugar) adalah jenis gula yang bentuknya kasar dan
lengket. Asalnya dari air tebu dan pembuatannya hanya dilakukan dengan cara
direbus biasa. Jenis gula ini masih mengandung sedikit gizi, tetapi sekarang
gula mentah agak slit diperoleh.
Sedangkan
yang disebut gula cokelat atau brown sugar seperti yang banyak dijual di pasar
swalayan, sebenarnya tidak lebih dari gula pasir putih yang diberi molase untuk
memperkaya rasa dan warnanya. Jadi jika dikonsumsi akan memberikan efek yang
sama di dalam tubuh kita.
Sukrosa
menekan sistem imun dengan cara memaksa pankreas memproduksi insulin secara
berlebihan. Insulin akan tetap tinggal dalam sirkulasi darah walaupun proses
penguraian gula sudah lama sekali. Salah satu efeknya adalah menekan produksi
hormon pertumbuhan (growth hormone) pada kelenjar pituitari (kelenjar seukuran
biji kacang polong yang terletak pada dasar otak).
Hormon
pertumbuhan adalah regulator utama pada sistem imun. Karena itu kebiasaan
mengkonsumsi banyak gula setiap hari akan menyebabkan defisiensi hormon
pertumbuhan yang serius dan konsekuensinya adalah menurunnya kekebalan tubuh
akibat darah terus-menerus kebanjiran insulin.
Selain
itu, kelebihan gula dalam darah dapat menyebabkan defisiensi vitamin C. Gula
darah dan vitamin C memiliki struktur kimia yang serupa. Ketika kadar gula
dalam darah meningkat, mereka akan berlomba memasuki sel-sel tubuh. Jika
kadarnya sangat tinggi, mereka akan memenuhi sel-sel tubuh dan tidak menyisakan
tempat untuk vitamin C. Padahal sel-sel darah putih memerlukan vitamin C untuk
melakukan fungsinya membasmi virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
Sistem
imun juga akan memperlakukan gula pasir sebagai zat asing yang bersifat racun,
karena struktur kimiawinya yang sudah tidak alami lagi dan adanya zat-zat kimia
lainnya yang digunakan dalam proses pengolahan. Jadi, gula tidak hanya memicu
respon (yang tidak terjadi) dari sistem imun saja, tetapi sekaligus juga
menekan fungsi imun itu sendiri.
Karena
gula banyak sumbernya, konsumsi gula pasir maksimal yang dianjurkan adalah 2
sendok teh perhari. Penggunaan gula alami seperti misalnya stevia dan
konsentrat jus buah dalam hal ini, bisa dipertimbangkan sebagai alternatif.
Karena gula alami lebih perlahan memasuki aliran darah. Dengan begitu lebih
sedikit menimbulkan masalah pada insulin. Selain itu gula alami juga tidak
semnais gula pasir sehingga tidak mudah menimbulkan kecanduan.
Walaupun
begitu, gula alami juga sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan. Jika sudah
terbiasa mengkonsumsi sedikit gula, maka semua makanan akan terasa lebih enak.
Karena kita akan lebih sensitif dalam merasakan manisnya makanan alami. Jadi
kecanduan gula sedikit demi sedikit akan bisa dikontrol, tubuh terasa lebih
enak dan kita pun akan tidur lebih nyenyak.
E. Bahaya Gula Tambahan pada Susu Anak
Di
negara-negara Asia, konsumsi susu anak sangat tinggi. Produk susu yang
mengandung gula tambahan dapat meningkatkan kepadatan energi, mengurangi nilai
gizi susu dan kecenderungan kelebihan glikemia dan insulin.
Susu
merupakan bahan pangan penting bagi anak. Selain mengandung protein, kalsium,
riboflavin, vitamin A dan Zinc, susu berperan dalam menjadi alat transpor
vitamin D dan zat besi. Konsumsi gula tambahan berlebih dapat mengancam
kualitas gizi dari asupan makanan yaitu dengan memberikan energi berlebih tanpa
diimbangi dengan kandungan nutrisi yang memadai.
“Pada
anak usia pra sekolah, kelebihan gula kemungkinan dapat menurunkan kualitas
belajar, membuat anak lebih aktif dan agresif. Menambahkan nutrisi yang
seimbang dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar dan memperbaiki
perilaku,” jelas Dr Tjhin Wiguna, SpKJ(K), dokter spesialis kesehatan jiwa anak
pada program edukasi Healthy Food For Healthy Kids, Sabtu (28/7/2012)
di RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Suatu
penelitian yang dilakukan oleh J Brand-Miller dan F.Atkinson dari University of
Sidney, NSW Australia 2011 dengan judul Added Carbohydrates in Children’s
Milk Products Increase Dietary Glyacemic Load yang dilakukan terhadap 7
jenis produk susu pertumbuhan anak menemukan bahwa produk yang memiliki
kandungan gula tambahan memiliki GI yang lebih tinggi yakni mulai dari 55-69
sementara yang termasuk dalam kategori rendah GI adalah 55.
World Health Organization
(WHO) telah merekomendasikan bahwa asupan gula tambahan tidak melebihi 10% dari
total energi yang dikonsumsi untuk menghindari kelebihan energi dalam tubuh
anak. 10% sama nilainya 4-5 sendok teh untuk anak usia 1-3 tahun dan 5-8 sendok
teh untuk anak usia 3 tahun ke atas.
F. Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar dan Hasil Belajar
1.
Faktor Lingkungan
Dalam lingkunganlah anak didik
hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang di sebut Ekosistem. Dua
lingkungan yang pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di
sekolah :
a.
Lingkungan
Alami
• Pencemaran lingkungan hidup
merupakan mala petaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya.
b.
Lingkungan
Sosial Budaya
• Lingkungan social budaya di
luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem sendiri bagi
kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari
hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas.
2.
Faktor Intrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan
yang akan di capai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan,. Agar dapat
mencapai ke arah itu di perlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk
dan jenisny. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus di manfaatkan sebaik-baik
agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di
sekolah:
• Kurikulum
• Program
• Sarana dan fasilitas
• Guru
• Kondisi Psikologis
3.
Kondisi Fisikologis
Kondisi psikologis pada umumnya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam
keadaan segarjasmaninya, akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam
keadaan kelelahan.
4.
Kondisi psikologis
Emua keadaan dan fungsi
psikologis tentu saja mempengaruhio belajar seseorang. Berarti belajar
bukanklah berdiri sendiri, terlepas dari factor lain seperti factor luar dan
factor dari dalam. Factor psikologis sdebagai factor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak.
Minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah factor-faktor psikologisyang
utama mempengaruhiproses dan hasil belajar anak didik.
a.
Minat
• Menurut slameto (1991 : 182),
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendir dengan suatu di luar dir. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
b.
Kecerdasan
• Raden cahaya prabu (1986) perna
mengatakan dalam mottonya bahwa :” Didiklah anak sesuai taraf umurnya,
Pendidikan yang berhasilkarena menyelami jiwa anak didikny”. Yang menarik dari
ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami jiwa anak didik.
c.
Bakat
• Bakat merupakan faktoryang
besar pengruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada
yang membantah , bahwa belajar pada bidang yang sesai dengan bakat memperbesar
kemungkinan berhasilnya usaha itu.
d.
Motivasi
• Menurut Noehi Nasution (1993 :
8 ) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisisi psikologis yang mendorong
seorang untuk belajar. Penemuan – penemuan penelitian menunjukan bahwa hasil
belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
e.
Kemampuan
Kognitif
• Dimana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa lampau atau atau berdasarkan kesempatan yang
diperoleh di masa lampau.
G. Mencegah Anak Makan Manis Tidak Harus dengan Melarang
Sejak kita
masih kecil memang sudah sedemikian terbiasa dengan yang manis-manis, secara
alami bayi akan suka dengan makanan dan minuman yang manis dan tanpa sadar hal
tersebut seakan menjadi “senjata” bagi orang tua agar anak tidak rewel. Mari
kita ambil contoh, kalo anak menangis, maka ibu akan mengambil botol susu yang
ditambah dengan gula (padahal susu yang beredar di pasaran rata-rata sudah
ditambah dengan gula) parahnya lagi ada yang memang mengisi botol tersebut
dengan air gula. Kemudian kalo bayi tidak mau tidur atau susah tidur maka
kembali senjata ampuh dikeluarkan.
Dua contoh
sederhana ini akan berdampak luar biasa, gula dari gula pasir yang biasanya
ditambahkan akan memiliki akibat yang kurang baik bila berlebihan diberikan
bahkan ketika usia dini yang dikatakan sedang masa pertumbuhan, memang benar
masa pertumbuhan tapi yang dibutuhkan lebih pada nutrisi yang seimbang dan
rasional. Dampak yang paling cepat terlihat adalah yang mempengaruhi gigi
geligi anak, gigi menjadi keropos dan rusak sebelum waktunya tanggal. Ironisnya
kebanyakan orang tua beranggapan bahwa gigi anak yang keropos wajar-wajar saja
kan masih anak-anak dan nanti juga ada gantinya. Dampak lainnya adalah
terjadinya gangguan penyerapan nutrisi dan memudahkan timbulnya gas di lambung.
Kalo sudah demikian masihkah orang tua akan menganggap gula amat sangat penting
untuk selalu diberikan?
Bagaimana kalau
memang dilarang memberikan gula pasir ke anak? Sekali lagi bahwa bukan
dilarang, bagaimanapun juga gula adalah salah satu sumber energi yang
dibutuhkan untuk aktivitas anak-anak namun perlu lebih bijaksana dalam
memberikannya. Mungkin sedari awal dicoba untuk memberikan jenis makanan yang
beraneka ragam mulai dari jenis dan rasa, dengan demikian maka anak akan
memiliki pengalaman yang lebih banyak tentang rasa dan tidak akan tergantung
pada rasa manis semata. Kebiasaan memberikan asupan dengan kandungan gula
berlebih akan memicu masalah di kemudian hari seperti penyakit diabetes
mellitus tipe 2 dan tekanan darah tinggi. Anak-anak yang memang pada dasarnya
memiliki kecenderungan yang besar terhadap makanan manis akan merasa terdukung
dengan kebiasaan makan yang manis-manis.
Bagaimana kalau
ternyata sudah melakukan usaha pembatasan tapi kendala muncul dari anak yang
sangat obsesif terhadap makanan yang manis-manis? Jangan menyerah, mari kita
coba selami pikiran anak tersebut, bisa jadi pembatasan yang kita lakukan
ternyata malah semakin membuat anak semakin terobsesi. Anak-anak adalah pribadi
yang unik, pada usia tersebut anak-anak mulai menunjukkan eksistensi dirinya,
salah satunya dengan meninggikan egonya, hasilnya adalah semakin dilarang akan
semakin keras usaha anak untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Sebagai orang
tua yang cerdas tentu saja hal ini akan menjadi tantangan tersendiri,
percayalah masih ada jalan yang harus dicoba dan dilakukan. Bagaimana kalau
kita beri saja yang dia minta? apa ini sama dengan menyerah? Jawabannya bisa ya
bisa juga tidak. Ya karena kita menyerah dengan cara-cara otoriter, Tidak
karena kita hanya sekedar mengubah taktik untuk sedikit berkomunikasi dengan
pikiran si anak.
Pernahkah anda
mendengar bahwa kata-kata negatif seperti “tidak” dan “jangan” akan diartikan
berbeda oleh pikiran bawah sadar kita? Meskipun tujuannya positif tetap akan
berdampak sebaliknya oleh bawah sadar seseorang. Juli Triharto, seorang pakar
hipnoterapi mengatakan dalam bukunya Hypnolangsing, bahwa lebih baik
menggunakan kata-kata yang tidak mengandung unsur negatif agar tidak mengubah
tujuan awal yang semula bertujuan positif.
Kalau
menggunakan kata-kata yang positif lalu bagaimana sebaiknya? Apakah bisa kita
bilang ya makan saja tidak apa-apa lalu kita biarkan saja demikian? Tentu
tidak, kita sebaiknya menggunakan prinsip tell-show-do,
anak harus diajak bicara pelan-pelan (tell)
tentang manfaat dan akibat yang ditimbulkan oleh makanan yang terlalu manis.
Meskipun masih anak-anak mereka juga mampu untuk berpikir dan mengolah suatu
ide. Katakan pada anak anda silakan makan, tidak apa-apa makan cokelat, permen
asal sikat giginya yang rajin, hobi kumur-kumur setelah makan terutama makan
yang manis-manis dan kenalkan mereka tentang makanan-makanan lainnya yang anda
berikan. Semakin mereka paham apa yang anda berikan maka semakin mudah mereka
menerimanya, semakin beragam jenis makanan yang mereka makan maka semakin
berkurang ketergantungan mereka terhadap makanan manis.
Langkah
selanjutnya adalah contoh nyata dari orang tua (show), tidak akan mungkin si anak akan melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan kalau orang tua tidak melakukannya juga, hal ini berarti
sebagai orang tua juga berubah secara nyata di depan anak-anak. Yang terakhir
adalah lakukan (do) dengan konsisten
dan kurangi efek paksaan dan kata-kata berunsur negatif.
Langkah
sederhana yang efektif, hubungan orang tua juga akan semakin dekat, orang tua
tidak akan menjadi seseorang yang ditakuti bahkan akan lebih menjadi “teman”
mereka, silakan mencoba semoga berhasil.
BAB IV
KESIMPULAN
Gula
yang memiliki rasa manis sangat disukai oleh anak-anak. Namun di balik
rasa manisnya banyak tersimpan dampak negatif jika mengkonsumsi gula secara
berlebih, antara lain menyebabkan obesitas, di mana obesitas dapat memicu
munculnya kolesterol dan penyakit jantung bahkan pada tingkat yang lebih
bahaya yaitu diabetes. Bahaya lain dari mengkonsumsi gula berlebih pada
anak adalah, menyebabkan hiperaktif, kecemasan, sulit berkonsentrasi dan
mudah tersinggung. Pada anak usia pra sekolah, kelebihan gula kemungkinan dapat
menurunkan kualitas belajar, membuat anak lebih aktif dan agresif. Untuk anak usia 1-3
tahun, 10 persen sama nilainya dengan 4-5 sendok teh gula. Sedangkan untuk anak
usia 4-6 tahun, 10 persen sama artinya dengan 5-8 sendok teh gula.
Produk
susu yang mengandung gula tambahan dapat meningkatkan kepadatan energi,
mengurangi nilai gizi susu dan kecenderungan kelebihan glikemia dan insulin.
Susu merupakan bahan pangan penting bagi anak, yang mengandung protein,
kalsium, riboflavin, vitamin A dan Zinc. WHO telah merekomendasikan bahwa
asupan gula tambahan tidak melebihi 10% dari total energi yang dikonsumsi untuk
menghindari kelebihan energi dalam tubuh anak. Batas ambangnya adalah 4-5
sendok teh untuk anak usia 1-3 tahun dan 5-8 sendok teh untuk anak usia 3 tahun
ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
http://dentafiesta.blogspot.com/2010/09/mencegah-anak-makan-manis-tidak-harus.html
http://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/teori-teori-dan-proses-belajar/
http://health.okezone.com/read/2012/07/28/483/669906/bahaya-gula-tambahan-dalam-susu-anak
http://majalahsiantar.blogspot.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar.html
Republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar