Daftar Blog Saya

Jumat, 13 Desember 2013

kemampuan berfikir verbal

BAB I

PENDAHULUAN


A.         Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Oleh karenanya program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru dan utamanya guru bimbingan dan konseling yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan.
Disamping itu minimnya pemahaman masyarakat lebih khususnya orang tua dan guru dalam memaknai kecerdasan majemuk. Anggapan kuno yang beredar bahwa kecerdasan siswa dilihat dari nilai-nilai atau angka- angka hasil belajar siswa dan test IQ atau intelligence quotiont. Padahal sebenarnya semua siswa terlahir kedunia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda di bidangnya masing – masing, tidak hanya dilihat dari segi kognitif siswa saja namun dari segi psikomotorik dan segi afektif. Tergantung bagaimana lingkungan dan dirinya mengenali dan mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki.
Barangkali rendahnya mutu keluaran persekolahan yang dirasakan saat ini sebagai akibat penanganan salah yang telah dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini sehingga kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Paradigma negatif itulah yang menyebabkan siswa yang memiliki nilai hasil belajar yang rendah menganggap dirinya tidak cerdas atau bahkan orang tua dan lingkungan masyarakat melabelkan negatif. Tinggi rendahnya nilai hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Daya serap pemahaman siswa salah satu faktor pengaruhnya yaitu gaya belajar siswa dan metode pengajaran yang dilakukan guru.
Untuk itu sekolah sebagai sarana pendidikan formal hendaknya mampu mengidentifikasi kecerdasan yang dimiliki siswa, baik yang sudah muncul maupun yang masih terpendam. Disinilah peran guru bimbingan dan konseling serta para guru lain dalam mengoptimalkan potensi kecardasan yang dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian diatas layanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu diprogramkan secara khusus sehingga masalah– masalah yang dialami siswa khususnya masalah dalam mengoptimalkan potensi kecerdasan siswa dapat ditangani secara sistematik dan berkesinambungan sehingga siswa mampu mengenali dan mengoptimalkan potensi diri untuk karir di masa depan.
Makalah ini berspesifikasi bertujuan membahas kecerdasan berfikir verbal sebagai bagian pemenuhan tugas dalam mata kuliah pemahaman teknik tes terlebih untuk lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru bimbingan konseling dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peserta didik agar dapat menguasai minimal satu kompetensi yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan memiliki minimal satu kompetensi secara maksimal, kompetensi ini akan digunakan oleh peserta didik dalam mengembangakan hidup dan kehidupannya kelak.  

B.         Rumusan  Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah cara dalam  memahami kecerdasan peserta didik ?
2.      Berapa jeniskan kecerdasan yang ada pada peserta didik?
3.      Bagaimanakah indikator dan proses identifikasi dalam keberbakatan peserta didik?
4.      Kegiatan apa yang dapat meningkatkan kecerdasan majemuk peserta didik?

C.         Tujuan

                 Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah diantaranya:
1.Dapat mengetahui cara pendidik dalam  memahami kecerdasan peserta didik;
2.Mengetahui jeniskan kecerdasan yang ada pada peserta didik;
3.Mengetahui indikator dan proses identifikasi dalam keberbakatan peserta didik;
4.Mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan majemuk peserta didik.















BAB II

LANDASAN TEORI


A.   Konsep Tes

1.      Pengertian Tes
     Anastasi mengatakan tes adalah ”alat ukur yang mempunyai standar objektif, se­hingga dapat diguna­kan  secara  meluas, serta dapat  betul-betul  digunakan  untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu".
                Lee J. Cronbach ,“tes merupakan  suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang  atau lebih dengan menggunakan skala numerik atau  kategori)”. (a systematic prosedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or a category system).
                Tes adalah instrumen atau prosedur yang digunakan untuk mengukur kemampuan, kecakapan  individu pada aspek tertentu baik yang tampak (manifes) maupun yang tidak tampak (laten) dan hasil tes berupa angka.
                Dari beberapa definisi diatas mengenai tes dapat penulis simpulkan bahwa tes adalah sebagai alat pengukur berisikan serangkaian pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dijawab, dikerjakan atau dilaksanakan oleh responden yang dites.
2.      Fungsi Tes
a.       Fungsi Tes secara Umum
          Memperoleh informasi atau mengungkap kemampuan laten (minat, motiv, bakat, abiliti, kepadaian, sikap dsb.) yang sesungguhnya peserta tes dengan mempergunakan alat ukur.
b.      Fungsi secara khusus
1.      Fungsi Diagnostik,
Fungsi diagnostik yaitu tes prestasi yang hasilnya digunakan untuk mendiagnosis kesulitan-kesulitan dalam belajar, mendeteksi kelemahan siswa dan selanjutnya digunakan untuk perbaikan dalam belajar.
2.      Fungsi bimbingan
Fungsi bimbingan adalah penggunaan hasil tes prestasi dipergunakan untuk memberikan bimbingan kepada siswa khususnya yang mempeoleh tes yang jelak. Misal cara belajar yang baik, cara membaca dan mendalami buku, sehingga kesulitan yang dihadapi siswa dapat diatasi dengan sebaik-baiknya.
Fungsi Formatif, penggunaan hasil tes yang dipergunakan untuk menilai keberhasilan dalam suatu proses kegiatan yang telah dilakukan.
3.      Jenis Tes
                Tes secara garis besar tes dibagi yaitu  tes yang mengukur performasi maksimum (maximum performance) dan mengukur performasi tipikal (typical performance).
a.       Performasi maksimum tes jenis ini dirancang untuk mengungkap seluruh kemampuan peserta tes , seberapa baik mereka dapat menguasahi dan dapat melakukanya. Stimulus yang disajikan harus jelas struktur dan tujuannya, sehingga peserta tahu betul arah jawaban yang dikehendaki. Tes Hasil Belajar (achievement test), adalah tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimum siswa dalam menguasahi materi yang telah diajarkan.
b.      Performasi tipikal tes ini dirancang untuk mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika berada dalam situasi tertentu. Dengan demikian tujuan ukurnya bukan untuk mengukur kemampuan peserta tes, tetapi mengukur apa kecederungan yang dapat dilakukan. Skala motivasi ,  skala sikap adalah tes yang dirancang untuk mengungkap dan mengukur  kecenderungan seseorang dalam menanggapi situasi tertentu.

B.   Kemampuan Berfikir Verbal ( Kecerdasan Verbal)

1.      Pengertian Kecerdasan Verbal
Thrustone, menyatakan bahwa kecerdasan verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosakata, dan penguasaan komunikasi.
Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kecerdasan verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.
Torrance (Munandar, 1999b) mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal. Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.
Mednick & Mednick (dalam Sinolungan, 2001) menambahkan bahwa kecerdasan verbal adalah kemampuan melihat hubungan antar ide yang berbeda satu sama lain dan kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide tersebut ke dalam asosiasi baru. Anak-anak yang mempunyai kemampuan tersebut mampu membuat pola-pola baru berdasarkan prakarsanya sendiri menurut ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
Guilford (1967) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya.
Dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan membentuk ide-ide atau gagasan baru, serta mengkombinasikan ide-ide tersebut kedalam sesuatu yang baru berdasarkan informasi atau unsur-unsur yang sudah ada, yang mencerminkan kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir divergen yang terungkap secara verbal.

C.   Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling

      Abu ahmadi dan Ahmad rohani  menjabarkan tugas dan tanggung jawab guru bimbingan dan konseling sebagai berikut :
1.   Bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan layanan konseling di sekolah;
2.   Mengumpulkan, menyusun, mengolah serta menafsirkan data yang kemudian dapat dipergunakan untuk semua staff bimbingan di sekolah;
3.   Memilih dan mempergunakan berbagai instrument tes psikologis untuk memperoleh berbagai informasi mengenai bakat khusus, minat, kepribadian, dan intelegensi masing – masing siswa;
4.   Melaksanakan bimbingan kelompok maupun bimbingan individual (wawancara konseling);
5.   Membantu petugas layanan bimbingan lainnya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan mempergunakan informasi tentang berbagai masalah pendidikan, pekerjaan, permasalahan karir yang dibutuhkan oleh guru bidang studi dalam proses belajar mengajar;
6.   Melayani orang tua atau wali dari siswa yang ingin mengadakan konsultasi mengenai anak - anaknya.
         Ketentuan guru pembimbing dalam melaksanakan tugas layanan bimbingan yaitu 1 (satu) orang guru pembimbing memberikan pelayanan kepada 150 (seratus lima puluh ) siswa tiap bulannya. Karena kekhususan tugas dan tanggung jawabnya maka guru pembimbing merupakan profesi yang tidak sama dengan guru mata pelajaran. Untuk itu guru pembimbing ditetapkan 36 (tiga puluh enam ) jam tiap minggunya.
          Dengan demikian jelaslah bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai guru bimbingan dan konseling tidak cukup ringan, bukan hanya mengenai perkembangan hasil belajar siswa namun  peran guru bimbingan dan konseling memiliki pengaruh bagi perkembangan diri dan potensi siswa – siswanya.

D.   Penelitian Yang Relevan

1.      Dewi Citra, The Effects Of Formative Test And English Instructional Method On The Students’ Verbal  Linguistic Competence Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 16, Nomor 1, 2012.
Berdasarkan penelitian Dewi Citra bahwa Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dikemukakan beberapa kesimpulan berikut. 1) Kemampuan verbal    linguistic kelompok siswa yang diberi tes uraian lebih tinggi dari kemampuan       verbal linguistic kelompok siswa yang diberi tes menjodohkan. 2).   Kemampuan verbal linguistic kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran       komunikatif lebih rendah dari kemampuan verbal linguistik kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran audio lingual.3).  Terdapat pengaruh interaksi  di  antara bentuk tes formatif dan metode pembelajaran terhadap kemampuan verbal linguistik. 4). Khusus kelompok siswa yang diberi tes uraian, kemampuan verbal  linguistik siswa yang diajar dengan  metode  pembelajaran komunikatif lebih   tinggi dari pada kemampuan  verbal   linguistik siswa yang diajar dengan metode pembelajaran audio lingual. 5). Khusus kelompok siswa yang diberi tes menjodohkan, kemampuan verbal linguistic siswa yang diajar dengan metode   pembelajaran komunikatif lebih rendah dari pada kemampuan  verbal linguistik siswa yang diajar dengan metode pembelajaran audio lingual. 6). Khusus   kelompok siswa yang diajar dengan metode komunikatif, kemampuan verbal  linguistic siswa yang diberi tes uraian lebih tinggi daripada kemampuan verbal   linguistik siswa yang diberi tes menjodohkan. 7). Khusus kelompok siswa   yang diajar dengan metode pembelajaran audio lingual, kemampuan verbal linguistic siswa yang diberi tes uraian lebih rendah daripada kemampuan verbal linguistik siswa yang diberi tes menjodohkan.
2. Rusli Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran. Mengemukakan bahwa kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dan menggunakan bahasa dan  kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk  mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang  tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa.
3. Michael G. Vaughn, Kevin M. Beaver, Jade Wexler, Matt DeLisi, Gregory J. Roberts. Pengaruh Putus Sekolah Sekolah pada Kemampuan Verbal dewasa, dalam.
(http://search.proquest.com/docview/847002468/13DE56BC863790DC1D/5?accountid=62690) dikatakan bahwa memiliki kemampuan verbal yang buruk dapat menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam berbagai situasi, memimpin salah satu untuk mengalami perasaan kegagalan akademis dan sosial. Sebagai contoh, jika sebuah individu memiliki kosakata reseptif miskin, mereka tidak akan mampu memahami arah atau memahami isi diperlukan untuk berhasil dalam lingkungan akademik atau sosial.
4.      Ramsden, Sue, Richardson, Fiona M, Josse, Goulven, Thomas, Michael SC, Ellis, Caroline, Perubahan kecerdasan verbal dan non-verbal di otak remaja et al. Nature479. 7371 (Nov 3, 2011): 113-6. menunjukkan bahwa IQ verbal dan non-verbal dapat naik atau turun di tahun-tahun remaja, dengan perubahan ini dalam kinerja divalidasi oleh korelasi yang erat dengan perubahan struktur otak lokal. Sebuah kombinasi dari pencitraan struktural dan fungsional menunjukkan bahwa IQ verbal yang berubah dengan materi abu-abu di wilayah yang diaktifkan oleh pidato, sedangkan IQ non-verbal berubah dengan materi abu-abu di wilayah yang diaktifkan oleh gerakan jari. Dengan menggunakan penilaian longitudinal individu yang sama, kita terhindarkan banyak sumber variasi dalam struktur otak yang membingungkan studi cross-sectional. Hal ini memungkinkan kita untuk memisahkan penanda saraf untuk kedua jenis IQ dan untuk menunjukkan bahwa kemampuan verbal dan non-verbal umum terkait erat dengan keterampilan sensorimotor terlibat dalam belajar. Secara umum, hasil menekankan kemungkinan bahwa kapasitas intelektual individu relatif terhadap rekan-rekan mereka dapat mengurangi atau menambah pada usia remaja. Hal ini akan mendorong untuk mereka yang potensi intelektual dapat meningkatkan, dan akan menjadi peringatan bahwa berprestasi dini mungkin tidak mempertahankan potensi mereka.












BAB III

PEMBAHASAN


A.   Memahami Potensi Siswa.

a.    Siswa adalah Individu yang Unik
Pada dasarnya siswa adalah individu yang unik. Setiap siswa memilikipotensi dan  kemampuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tidak semua individu  memilki profil intelegensi yang sama. Setiap individu juga memilki bakat dan minat  belajar yang berbeda-beda.
Pada era informasi seperti yang terjadi sekarang ini sangat dirasakan  pengetahuan  bagaikan air bah yang sangat sulit dibendung, berbabagai media sebagai sarana  pembelajaran terpampang di depan kita dan sangat mudah meraihnya, dengan demikian tidak semua individu harus mempelajari semua informasi. Setiap individu harus bersifat  selektif dalam menentukan keterampilan  dan pengetahuan yang akan dipelajari.  Individu harus memiliki pilihan untuk memilih apa yang ingin dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.  Setiap siswa memang memiliki potensi yang berbeda-beda dan memiliki pilihan  untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun ada beberapa pengetahuan dan  keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan pendidikan di  sekolah yaitu kemampuan atau kompetensi dalam bidang bahasa (linguistic), matematika (math), Ilmu Pengetahuan Sosial (social sciences), Ilmu Pegetahuan Alam (Natural Sciences). Keempat bidang ini dapat dipandang sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh individu siswa setelah lulus dari sekolah.
b.   Kecerdasan Peserta Didik
Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini  dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan  kesuksesan untuk masa depan seseorang. Menurutnya kecerdasan seseorang meliputi  unsur-unsur:1). Kecerdasan verbal; 2). Kecerdasan logis matematis; 3). Kecerdasan spasial;4)Kecerdasan kinestetis jasmani; 5). Kecerdasan musical; 6).Kecerdasan interpersonal; 7).Kecerdasan  intrapersonal; 8). Kecerdasan naturalis. Dari kedelapan kecerdasan, karena penulis hanya akan memperdalam mengenai kecerdasan verbal atau kemampauan berfikir verbal maka foku bahasan dalam makalah ini pun lebih berfokus kepada kecerdasan verbal.
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dan menggunakan bahasa dan  kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk  mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang  tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini juga cenderun memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah biarmaupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu: Pengarang, penyair, wartawan, pembicara, pembaca berita, dsb.
Seperti yang dikatakan oleh Jenny. 2010, dengan kecerdasan verbal-linguistic, anak-anak mampu mengapresiasikan kata-kata dengan indah dan mendalam sehingga bermakna dan mempesona, mereka sanggup mengungkapkan imajinasi dengan tulisan yang sangat indah seperti menciptakan puisi. Orang yang memiliki tingkat kecerdasan ini sangat sensitive terhadap makna kata dan sangat mahir dalam memanipulasinya. Anak-anak mampu berkomunikasi dengan baik lewat mendengar, berbicara, membaca, serta menulis. Penyair, penyiar radio, pembaca serta menulis. Penyair, penyair radio, pembaca berita, penceramah, pengacara, dan politisi andal adalah pekerjaan yang sangat cocok bagi mereka yang mempunyai kecerdasan verbal linguistic ini.
Kecerdasan verbal, bisa dikaitkan dengan kemampuan retorika atau berbicara. Seperti anak kecil yang sudah pandai berpidato dan berkata-kata dapat dikatakan cerdas secara verbal. Begitupun dengan orang yang mencari penghidupan dengan mengandalkan kepiawaian dalam mengolah kata verbal seperti pengacara, instruktur, orator, master of ceremony (MC), penyair radio, komentator olah raga, termasuk penulis, reporter, dan penyiar adalah orang yang cerdas verbal (Kalilurahman, 2008) Orang yang mempunyai kecerdasan itu dipastikan dapat mengapresikan diri, pikiran, dan perasaanya lewat rangkaian kata-kata.
Begitu juga seperti halnya yang sesui dengan (Willian, 2009) yang mengemukakan bahwa kecerdasan verbal yaitu berkaitan dengan kepandaian membaca, menulis, bahasa, dan berbicara. Seseorang yang cerdas secara verbal-linguistik akan mudah menyampaikan gagasan dan mengkomunikasikan ide kepada orang lain. Jenis kecerdasan ini juga diperlukan untuk meyakinkan orang lain agar setuju dengan gagasan kita.
Maka dari hal tersebut penulis dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa kecerdasan verbal adalah dasar kecerdasan mendasar yang diperlukan untu mengembangkan life-skill. Jenis kecerdasan ini dibutuhkan dalam nyaris semua bidang pendidikan formal.  Contohnya dalam dunia lebih luas Oprah Winfrey dan Barrack Obama adalah sosok dengan kecerdasan verbal, mereka merupakan orang-orang sukses yang telah mengetahui kecerdasan yang mereka miliki yaitu kecerdasan verbal dan dapat mengembangkanya hingga menjadi orang besar dalam perjalanan hidup mereka, maka kesuksesan hidup dalam pribadi, social, dan karir di daptkan dengan sukses dari potensi yang mereka miliki.

B.   Tes Kemampuan Berfikir Verbal

Tes kemampuan berfikir verbal adalah tes yang didesain untuk menetukan sebaik apakah kemampuan seseorang dalam berbahasa, yang sering kali digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kemungkinan keberhasilan dimasa akan datang. Tes tersebut berfungsi mengukur kesiapan mental yang biasanya disebut tes kognitif, tes psikometrik atau tes kecerdasan. Tes penalaran verbal juga mengandung arti suatu penilaian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memfungsikan bahasa efektif apa yang dikenal sebagai bahasa baku. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang untuk memahami konsep-konsep dibingkai dalam kata-kata, kemampuan seseorang untuk menemukan kesamaan di antara konsep-konsep yang berbeda dan untuk memanipulasi ide-ide pada tingkat abstrak. Sebagian besar employer yang menggunakan tes bakat dalam proses seleksi akan mencakup tes penalaran verbal karena ada beberapa pekerjaan yang sangat tidak memerlukan kemampuan untuk memahami, menganalisis dan menginterpretasikan informasi tertulis.
Tes verbal adalah bagian dari Tes Potensi Akademik (TPA).Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, tes pengelompokan kata dan missing words test (melengkapi kalimat yang hilang).Tes ini biasanya terdiri atas 40 soal.
Tes kemampuan verbal merupakan suatu tes kemampuan berfikir.Tes ini dipakai lebih kepada subyek yang berusia 11-15 tahun. Adapun penyajiannya dilakukan secara klasikal maupun individual. Bentuk yang tesedia:
§  Buku soal yang terdiri dari 6 subtes
§  Form (lembar jawaban)
Aspek yang diukur:
§  Kelancaran dengan kata
§  Reorganisasi perseptual
§  Kelancaran dalam ungkapan
§  Kelancaran dalam memberikan gagasan
§  Fleksibelitas pemikiran
§  Originalitas pemikiran
§  Kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan
Waktu penyajian :
§  Subtes Permulaan Kata : 2` untuk setiap item
§  Subtes Menyusun Kata : 2` untuk setiap item
§  Subtes Membentuk Tiga Kata : 3` untuk setiap item
§  Subtes Sifat-sifat yang sama : 2` untuk setiap item
§  Sebtes Macam-macam Penggunaan : 2` untuk setiap item
§  Subtes Apa Akibatnya : 4` untuk setiap item
Banyak perusahaan yang menggunakan tes semacam ini sebagai alat untuk memilih karyawan, baik untuk suatu jabatan maupun pelatihan. Bagi sebagian orang, tes ini merupakan tahapan serius yang harus dihadapi untuk mendapatkan posisi dan pekerjaan yang diinginkan / kesempatan dalam karier. Namun, banyak pelamar yang gagal karena alasan – alasan yang sebenarnya dapat dengan mudah dihindari sehingga mereka tidak mampu menunjukan potensi mereka yang sebenarnya sebagai pekerja yang prospektif.  Adapun alasan – alasan yang menyebabkan kegagalan : 1). Karena kegugupan, 2). Karena kurangnya pengetahuan mengenai tes yang akan dikerjakan, 3). Karena tekanan yang mengharuskan peserta untuk mengerjakan dengan cepat dan akurat, dan 4). Kareana kurang latihan
Tes ini bertujuan untuk menilai efektifitas pelayanan menggunakan bahasa yang merupakan salah satu elemen penting dalam tugas mereka sehari – hari. Dengan cara yang beragam akan dilihat kemampuan berbahasa, membaca dan memahami kata tertulis ( Harry Tolley).

C.   Identifikasi Potensi Peserta Didik

Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dapat dikenali dari ciri-ciri (indikator) keberbakatan peserta didik dan kecenderungan minat jabatan.
a.         Ciri-Ciri Keberbakatan Peserta Didik
Untuk menyelesaikan pendidikan di persekolahan, peserta didik diharuskan menempuh sejumlah mata pelajaran yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, dan Bahasa. Selain itu peserta didik juga harus menempuh beberapa mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik, berpikir abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang secara vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat kegiatan fisik. Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan sosial. Minat komersial adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan luar, dan minat navigasi.
Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan bakat dan minat masing-masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata  pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain.
Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity) tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi. Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju  dibandingkan peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat; cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada; mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian, fakta, orang atau benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar; tidak terhambat mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka mencoba; peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya. (3) komitmen terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat tangguh dan ulet menyelesaikan masalah; bosan menghadapi tugas rutin; mendambakan dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja secara mandiri; sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk; bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya. Munandar (1992) dalam Hamzah B. Uno (2009). mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik berbakat sebagai berikut :
1.  Indikator Intelektual atau belajar : a). mudah menangkap pelajaran; b). mudah mengingat kembali; c).memiliki perbendaharaan kata yang luas; d). penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat; e). daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan; f). menguasai banyak bahan tentang macam-macam topic; g). senang dan sering membaca; h). mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan atau tertulis dengan lancar dan jelas; i). mampu mengamati secara cermatj). senang mempelajari kamus, peta dan  ensiklopedi; k). cepat memecahkan soal; l).  cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan; m). cepat menemukan asas dalam suatu uraian; n). mampu membaca pada usia lebih muda; o). daya abstraksi cukup tinggi; p). selalu sibuk menangani berbagai hal
2. Indikator kreativitas, yaitu: a). memiliki rasa ingin tahu yang besar; b). sering mengajukan pertanyaan yang berbobot; c).  memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah; d). mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu; e). mempunyai atau menghargai  rasa keindahan; f). mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah  terpengaruh orang lain; g). memiliki rasa humor tinggi; h).  mempunyai daya imajinasi yang kuat; i). mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil); j). dapat bekerja sendiri; k). senang mencoba hal-hal baru; l). mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
3. Indikator motivasi, yaitu : a). tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai); b). ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa; c). tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; d). ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan; e). selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya; f). menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya; g). senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut; h). mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian; i). senang mencari dan memecahkan soal-soal
b.  Kecenderungan Minat Siswa
Kecenderungan minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut disajikan kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.
1.  Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah: rapi, terus terang, keras kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
2.  Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-ciri kecenderungan ini meliputi: analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa ingin tahu besar. 
3.   Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif,   terbuka.
4.  Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap  kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial. Ciri-cirinya: melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah hati, menolong, dan hangat.
5. Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha. Ciri-cirinya: ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka bicara.
6.  Tidak mau berubah (conventional), yaitu kecenderungan untuk mempertahankanhal-hal yang sudah ada, enggan terhadap perubahan. Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh konsisten. 
c. Proses Diagnisis Pontensi Siswa
Potensi peserta didik dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual pada peserta didik. Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu dengan menggunakan data objektif dan data subjektif. Identifikasi melalui penggunaan data objektif diperoleh melalui antara lain: a). skor tes inteligensi individual; b). skor tes inteligensi kelompok; c). skor tes akademik; d). skor tes kreativitas. Sedangkan identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari : a). ceklis perilaku; b). nominasi oleh guru; c). nominasi oleh orang tua; d). nominasi oleh teman sebaya dan e). nominasi oleh diri sendiri.
Untuk melakukan diagnosis (identifikasi) dengan menggunakan data objektif seperti tes inteligensi individual, tes inteligensi kelompok dan tes kreativitas, biasanya dilakukan oleh lembaga khusus yang bergerak dalam bidang psikologi, misalnya Program Studi Psikologi maupun Kantor Konsultan Psikologi. Sedangkan untuk memperoleh skor tes akademik, sekolah dapat melakukannya sendiri. Biasanya prestasi akademik yang dilihat dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata pelajaran : Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data subjektif, sekolah dapat mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan ciri (indikator) keberbakatan yang terkait. 
Laporan hasil penjaringan potensi peserta didik dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling, terutama dalam program pelayanan bimbingan belajar dan bimbingan karir. Program bimbingan belajar terutama diberikan kepada peserta didik  yang mempunyai prestasi dibawah rata-rata agar dapat memperoleh prestasi yang lebih tinggi. Program bimbingan karir diberikan kepada semua peserta didik dalam rangka mempersiapkan mereka untuk melanjutkan studi dan menyiapkan karirnya.

D.   Tujuan dan Kegunaan Tes Kemampuan Berfikir Verbal

Tes penalaran logika bertujuan mengukur kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara logis berdasarkan informasi yang disediakan. Tes ini berisi masalah-masalah abstrak atau hal-hal yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang ditawarkan tersebut. Kemampuan yang tinggi dalam tes ini menunjukkan bahwa Anda mempunyai potensi berpikir secara kritis dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam pekerjaan, seperti memanfaatkan sumber daya yang ada dan melakukan perencanaan selanjutnya.
Tes penalaran verbal bertujuan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dan memahami kata-kata secara tertulis. Dalam pekerjaan, kemampuan ini berhubungan dengan berbagai tugas, seperti membaca, menulis, surat-menyurat, dan menyusun laporan. Pada tingkatan yang sederhana, tes-tes semacam ini dapat digunakan untuk menguji kemampuan baca tulis calon karyawan, meliputi kemampuan menulis kalimat dengan tepat secara gramatikal, kemampuan mengeja dan membaca, dan ketepatan membubuhkan tanda baca.  Missing World Tests dalam bab 4 adalah salah satu tes yang mengukur kemampuan ini. Pada tingkatan yang lebih tinggi, tes penalaran verbal digunakan untuk menggali kemampuan calon karyawan dalam memahami arti suatu kata yang telah ditulis atau dikatakan.
Penalaran verbal , digunakan untuk mengungkap kemampuan seseorang memahami konsep dalam bentuk tulisan dan verbal (kata-kata). Penalaran verbal juga memudahkan seseorang berpikir secara logis. Tujuan tes penalaran verbal untuk menilai kemampuan verbal dan perbendaharaan kata. Harapannya, setelah menjalani tes ini seseorang akan memahami bakatnya. Selanjutnya, bakat tersebut dikembangkan sesuai dengan minat yang diinginkannya. Berdasar pata kajian literature penulis dikelompokan bakat seseorang berdasarkan penalaran verbal dikelompokkan menjadi empat bagian.
1.      Literary
Literary merupakan jenis pekerjaan yang berkaitan dengan literatur atau referensi, seperti mengarang, menulis, atau membaca. Orang yang memiliki kecerdasan literary mampu berkarier dengan baik dalam bidang sastra, bahasa, jurnalistik atau kewartawanan, pendidik atau pengajar, editor, penulis, atau penerjemah.
2.      Clerical
Clerical merupakan jenis pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan administrasi. Orang yang memiliki kecerdasan clerical mampu berkarier dengan baik dalam bidang pengelolaan tata usaha, kepustakaan, sekretaris, atau administrasi.
3.      Musical
Musical merupakan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan musik, baik memainkan alat musik, menyanyi, mencipta lagu, atau kegiatan yang berkaitan dengan seni. Orang yang memiliki kecerdasan musical mampu berkarier dengan baik menjadi pemusik, guru musik, pencipta lagu, atau komposer.
4.      Persuasive
Persuasive merupakan jenis pekerjaan yang mampu memengaruhi, mengarahkan, ataupun menasihati orang lain untuk mengikuti keinginannya. Orang yang memiliki kecerdasan persuasive mampu berkarier dengan baik dalam bidang dakwah (da’i), motivator, humas (hubungan masyarakat), pemasaran (sales), atau personalia.

E.   Analisis Tes Bakat berdasar Pada Penggunaan dalam Layanan BK

Tes bermacam-macam dalam bentuk dan tujuanya, namun untuk dapat mengetahui bahwa tes tersebut termasuk tes yang baik dalam penggunaaanya, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
1.      Baku Berarti bahwa pelaksanaan dan penskoran setiap saat digunakan adalah sama .
2.      Objektif Berarti bahwa penskoran adalah bebas dari klesubjektifan opini pembeiri skor.
3.      Reliabel Berarti bahwa memberikan hasil yang sama pada percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang
4.      Valid à Berarti bahwa ini mengukur apa yang diharapkan untuk diukur.
Dalam menganalisis tes bakat serta penggunaan pada layanan BK. Untuk tujuan program layanan bimbingan di sekolah adalah tes inteligenci kelompok berupa:
1.   The California Test of Mental Maturity (CTMM)
2.   The Henmon-Nelson Test Mental Ability
3.   Otis Lennon Mental Ability Test
4.   Progressive matrices
5.   Tes CTMM
Tujuan ten CTMM adalah untuk mendistribusikan terhadap empat skor faktor (Penalaran Logika, penalaran angka, konsep-konsep verbal, dan daya ingatan).Dalam tes ini Terdapat 12 tes dengan 5 jenis faktor penalaran
Faktor 1. Penalaran secara logis
Ø  Tes 1. Kebalikan (Opposities)
Ø  Tes 2. Kesamaan (Similiarities)
Ø  Tes 3. Analogis
Faktor 2. Relasi Ruang (Spatial Relationship)
Ø  Tes 4. Pengertian Kanan  dan Kiri
Ø  Tes 5. Manipulasi Bidang/ Daerah
Faktor 3. Penalaran Angka
Ø  Tes 6. Deretan Bilangan
Ø  Tes 7. Menilai Angka-angka
Ø  Tes 8. Problem bilangan-bilangan
Faktor 4. Konsep-konsep nilai verbal
Ø  Tes 9. Kesimpulan (Inferences)
Ø  Tes 10. Pengertian Verbal
Faktor 5. Ingatan (Memori)
Ø  Tes 11. Mengingat segera
Ø  Tes 12. Mengingat tidak segera

F.    Pembagian pada Tes Kemampuan Berfikir Verbal.

1. Tes Potensi Akademik Persamaan Kata (Sinonim)
Soal dari tes persamaan kata ini meminta anda untuk mencari satu kata yang setara atau sama atau serupa maknanya dengan makna kata tertentu yang diminta. Contoh:
1) kontradiksi :
a. perjanjian
b. diskusi
c. penandatanganan kontrak
d. perdebatan
e. pertentangan
kontradiksi = pertentangan.
2). Dampak :
a. Akibat
b. Benturan
c. berubah
d. hambatan
e. masalah
dampak=akibat (sinonim/persamaan)
3) Baku :
a. pokok
b. standar
c. umum
d. normal
e. asli
Baku = standar
2).Tes Potensi Akademik Verbal Antonim
Tes antonim ini cukup sederhana. Anda diminta untuk mencari lawan kata atau kata yang bertentangan dengan kata tertentu. Contoh:
1)         Landai  ><
a. Datar

b. Curam

c. Sedang

d. Luas

e. Lapang

2) Enmity  ><

a. Kekasih

b. Hubungan

c. Pertengkaran

d. Persahabatan

e. Perseteruan

3) Stabil

a. Labil

b. rusuh

c. runtuh

d. hancur

e. retak

stabil >< labil (lawan kata)
3. Tes Potensi Akademik Padanan Hubungan Kata
Jenis soal dalam tes ini meminta anda untuk mengidentifikasi atau mencari kesetaraan atau padanan hubungan antar kata yang diberikan. Kesetaraan hubungan ini harus anda analisa secara cermat untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Yang diukur dalam tes ini adalah kemampuan logika anda terhadap sebuah kondisi, untuk melihat sejauh mana anda memahami sebab-akibat suatu permasalahan. Tipsnya: Apabila anda bermasalah dengan konsentrasi dan logika, anda bisa mem-bypass-nya dengan menghafal soal dan jawaban. Karena beberapa kali penulis menghadapi tes in, soal yang diberikan relatif sama. Contoh:
1). wanita : kebaya = pria :
a. sepatu          b. baju             c. topi              d. jas
2). kubus : pyramid = empat persegi :
a.peti               b.mesir             c.pentagon       d.segitiga
3) Pikiran : Otak
a.       Buku : Printer
b.      Kata-kata : Lisan
c.       Komputer : Ketikan
d.       Awan : Langit
e.       Hujan : Uap
4.Tes Potensi Akademik Pengelompokan Kata
Tes pengelompokan kata ini meminta anda untuk menganalisa satu kata yang tidak identik atau tidak serupa atau tidak masuk dalam kelompok kata yang lainnya.Contoh:
1)                  Pilih yang bukan termasuk kelompoknya :

a. mawar

b. melati

c. anggrek

d. dahlia

e. pisang
jawabannya pisang,yang lain termasuk bunga, sedangkan pisang bukan.
5. Missing Words Tests (Acak Kata)
Pada contoh tes seperti ini, anda diminta untuk melengkapi atau mengisi kata yang hilang pada kalimat di soal. Kunci utama pada soal seperti ini terletak pada kecepatan dan daya kerja yang konsisten.
Contoh soal :
1)      Tiga pekerja senior……… hadir pada saat………
1.   telah, pemeriksaan
2.   telah,pemeriksaan
3.   telah, pemeriksan
4.   telah,pemeriksaan
5.   semua salah
Dalam soal diatas anda harus mencari ejaan yang benar untuk kedua kata yang hilang. Kedua kata tersebut seharusnya “telah” dan “pemeriksaan”, jadi jawabannya adalah B.
2)      Seorang saksi ………… berbicara kepada……….
1.   melihat, menyangka
2.   terlihat, menyangka
3.   melihat, disangka
4.   terlihat, disangka
5.   semua salah
Dalam contoh kedua kalimat tersebut dapat menjadi satu kalimat utuh yang bermakna jika diisi dengan kata “terlihat dan “tersangka” yang masing – masing berfungsi sebagai predikat dan objek dari kalimat tersebut. Namun, tak satu pun jawaban yang benar. Jadi jawabannya adalah E.
Dari kelima kategori tersebut di atas,yang paling sering keluar sebagai soal TPA adalah tiga kategori pertama.
a.       Hubungan Pasangan Kata (Analogi)
Disajikan beberapa kata yang berpasangan dengan hubungan tertentu. Anda diminta untuk memilih dari pilihan jawaban yang disediakan manakah kata atau pasangan kata yang bersesuaian atau sepadan hubungannya atau mempunyai analogi dengan pasangan kata yang disajikan. Terdapat dua pola,yaitu:
1. Pola dua kata berpasangan
a. Mencari dua kata yang berpasangan
Disajikan dua kata yang berpasangan dengan hubungan tertentu.Anda diminta untuk memilih dari pilihan jawaban yang disediakan,manakah pasangan kata yang bersesuaian atau sepadan hubungannya atau mempunyai analogi dengan pasangan kata yang disajikan. Contoh:
Nelayan : Perahu
a.       Koki : Oven
b.      Penulis : Pena
c.        Fotografer : Kamera
d.      Petani : Traktor
      Jawaban : D. Petani : Traktor
Pembahasan : Kata NELAYAN berhubungan kata PERAHU. NELAYAN menggunakan PERAHU sebagai kendaraan untuk mencari ikan.Hal ini bersesuaian dengan PETANI menggunakan TRAKTOR sebagai kendaraan untuk membajak sawah.
b. Mencari satu kata sebagai pasangan
         Disajikan dua kata yang berpasangan dengan hubungan tertentu. Kemudian disajikan lagi satu kata yang merupakan setengah bagian dari pasangan kata yang disajikan sebelumnya. Anda diminta untuk mencari satu kata lagi dari pilihan jawaban yang disediakan untuk melengkapi setengah bagian untuk membentuk pasangan kata yang bersesuaian hubungannya dengan pasangan kata yang disajikan sebelumnya tadi.
Contoh : Makan : Lapar = Lampu : …
a.       Padang
b.      Pijar
c.        Terang
d.      Gelap
Jawaban : d. GELAP
Pembahasan : Manusia membutuhkan MAKAN untuk mengatasi rasa LAPAR, manusia membutuhkan LAMPU untuk mengatasi GELAP.
2.      Pola tiga kata berpasangan
Disajikan tiga kata yang berpasangan dengan hubungan tertentu.Anda diminta untuk memilih dari pilihan jawaban yang disediakan,manakah pasangan kata yang bersesuaian atau sepadan hubungannya atau mempunyai analogi dengan pasangan kata yang disajikan.
Contoh : Ulat : Kepompong : Kupu-Kupu
a.       Sore : Siang : Pagi
b.      Kecil : Sedang : Besar
c.       Bayi : Anak : Remaja
d.       Ngantuk : Tidur : Mimpi
Jawaban : C. Kecil : Sedang : Besar
Pembahasan : Soal dengan tipe kedua ini sangat jarang dimunculkan.

b. Kelompok Kata
   Disajikan empat kata sebagai pilihan jawaban. Tiga kata merupakan satu kelompok dengan hubungan tertentu.Anda diminta untuk memilih salah satu kata yang bukan merupakan bagian atau anggota dari kelompok dengan hubungan tertentu tersebut. Contoh :
a.          Paris
b.         London
c.           New York
d.         Jakarta

Jawaban : C. New York

Pembahasan : Penghubung kelompok kata adalah ‘kota yang merupakan ibu kota negara’.






BAB IV

PENUTUP

A.   Kesimpulan


kecerdasan verbal adalah dasar kecerdasan mendasar yang diperlukan untu mengembangkan life-skill. Jenis kecerdasan ini dibutuhkan dalam nyaris semua bidang pendidikan formal. Tes kemampuan berfikir verbal adalah tes yang didesain untuk menetukan sebaik apakah kemampuan seseorang dalam berbahasa, yang sering kali digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kemungkinan keberhasilan dimasa akan datang. Tes tersebut berfungsi mengukur kesiapan mental yang biasanya disebut tes kognitif, Tes verbal adalah bagian dari Tes Potensi Akademik (TPA).Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, tes pengelompokan kata dan missing words test (melengkapi kalimat yang hilang).Tes ini biasanya terdiri atas 40 soal.

B.   Saran


Diharapkan dalam tindak lanjut praktek yang diharapkan ketika nanti dilapangan khusnya sebagai pengingat untuk penulis dan teman- teman semua yang esok akan berjuang dalam sebuah pengabdian dan materi pun diharapkan dapat dikembangkan agar menjadi referensi yang lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA


Abu ahmadi dan Ahmad rohani H.M, 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Armstrong, T, (2002).  Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
Budiningsih, C. Asri, (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Gichara, Jenny. 2010. Aku Bisa Menjadi Yang Ku Mau. Jakarta: PT Alek Media Komputindo
Harry Tolley & Ken Thomas.2004. Verbal Reasoning Tests Lolos Tes Penalaran Verbal. Solo: Tiga Serangkai.
Hamzah B. Uno. (2009).  Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: PT.  Bumi Aksara.
Kalilurahman. 2008. Berkah Shalat Dhuha. Jakarta: PT Wahyu Media
Sukmadinata Nana Syaodih, 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Maestro : Bandung.


1 komentar: